Orang yang Baru Belajar Nulis, Yup, That’s Me.

Aku berkutat di hadapan kertas-kertas coretan dan setumpuk buku untuk referensi. Di samping kertas dan buku-buku itu sebuah laptop tua yang menjadi senjataku selama ini. Inilah yang hendak kulakukan dari dulu, yang selalu menjadi angan-angan, tetapi aku malu mengakuinya, dan kurang percaya diri untuk memulainya. Jangan tertawa, aku ingin menulis novel.

Awalnya, dari mengobrol dengan teman, timbullah sebuah gagasan untuk sebuah novel. Novel itu tentang percintaan dengan berlatar sejarah yang pernah terjadi di kota kelahiran kami di Pulau Bangka. Ide dan konsep itu cukup spektakuler menurutku, begitu juga bila kubicarakan dengan orang-orang, semua menyambut dengan antusias.

Tetapi konsep dan ide, dengan perwujudannya adalah dua hal yang berbeda. Pada awalnya aku tidak berani menjadi pelaksana untuk konsep ini, karena aku tidak punya pengalaman. Tetapi, masak ide ini mau kita berikan kepada Remy Silado? Tidak mungkin. Aku sarankan diberikan kepada si C, seorang novelis, tetapi menurut teman, dia tidak cocok dengan corak novel yang hendak kami tulis itu.

Akhirnya, aku memberanikan diri. Aku akan mencoba. Aku akan memerlukan banyak masukan, dorongan, pengarahan, dan bantuan dari teman-teman. Kami sudah berdiskusi soal alur cerita dan lain-lain, meski diskusi itu tidak pernah tuntas, tetapi cukup memberikan gambaran apa yang harus kulakukan. Sebenarnya aku sudah menyelesaikan naskah sebanyak 6 bab beberapa waktu yang lalu, tetapi ketika kuberikan kepada teman yang seorang editor, dia mengatakan, aku seperti orang yang baru belajar nulis aja.

Yup, memang aku baru belajar menulis, aku katakan padanya. Memang itu kenyataan. Aku menyadari dari awal, proyek ini akan panjang dan membutuhkan kerja keras, karena aku baru belajar. Kalau jadi, inilah novel perdana. Inilah sesuatu karya yang cukup serius yang pernah kutulis.

Naskah yang 6 bab itu memang banyak kekurangan, sangat hambar dan tidak berjiwa, sangat tidak pantas bahkan menurutku sendiri. Tetapi itu cukup untuk menghadirkan sebuah konsep akan apa yang hendak aku buat. “Lu mau jadi kayak Remy Silado ya?” komentar temanku. Hehehe, kalau bisa lebih bagus lagi, kataku dalam hati.

Ketika teman yang sama-sama membuat konsep ini membaca naskah itu, dia tidak tega mengatakan sangat jelek. Hanya bilang, sangat hambar, dan mengusulkan agar aku pulang ke Bangka, siapa tahu bisa mendapatkan jiwa untuk tulisan itu. Aku setuju. Setelah tertunda karena ada urusan pekerjaan, aku akhirnya liburan ke Bangka beberapa hari.

Sekarang, aku mencoba menulis ulang naskahku itu. Dengan semangat yang baru. Semuanya akan kurombak dan kubikin dari awal. Mudah-mudahan semua keraguan diri bisa kupadamkan. Aku memulai ini dengan tersipu-sipu, dengan malu-malu, dengan takut-takut. Dengan pertanyaan, apakah aku bisa? Bagaimana caranya menulis seperti penulis-penulis brilliant yang novel-novelnya menjadi best seller itu? Apakah aku terlalu muluk? Apakah angan ini terlalu tinggi untukku? Manalah tahu, sebelum kita mencoba. Setelah menjadi karya, barulah kita bisa mendapatkan tanggapan dari pembaca. Di situlah baru diketahui kepandaian kita.

Aku akan mulai aktif menulis kembali untuk blog ini. Seperti dulu. Untuk latihan. Kurasa dulu tulisanku lebih bagus, lebih kuat, dan lebih berjiwa. (:D) Entah di mana hilangnya itu semua, beginilah yang terjadi kalau sudah lama tidak menulis. Kaku. Tapi inilah aku, yang ingin belajar menulis (lagi). Semoga Tuhan membantu mewujudkan impian kami. (Amin).

Comments

Popular Posts