Belinyu 2006 - Belajar Sejarah Keluarga



Pada waktu liburan Lebaran tahun ini aku sempatkan untuk mengunjungi kota kelahiranku (Belinyu) lagi, meskipun harga tiket dua kali lipat dari biasanya. Di kota kecil ini aku mendapat kesempatan lebih banyak untuk mengobrol dengan bapak. Kami jalan-jalan bersama dan suatu hari aku bertanya kepada bapak, mengapa kakek (orangtua ayah) memilih datang ke Belinyu (dari Tiongkok), bukan ke Sungailiat atau Pangkalpinang yang jauh lebih maju?

Kota Sungailiat dan Pangkalpinang jauh lebih maju dibanding Belinyu. Di kedua kota itu sudah ada lampu merah (bahkan dari dulu), fasilitas lain juga lebih banyak, seperti toko buku, warnet (tidak ada di Belinyu). Objek wisatanya juga dikelola lebih profesional dan memang sejak dulu Sungailiat menjadi ibukota Kabupaten dan Pangkalpinang adalah ibukota Kotamadya dan sekarang menjadi ibukota propinsi. Di Pangkalpinang sudah ada universitas, dll (fasilitas ibukota propinsi).

Belinyu hanya sebuah kota biasa (tanpa jabatan yang melekat padanya). Tapi, akhir-akhir ini, dengan kemajuan ekonomi (yang entah real atau hanya hype sesaat) yang menyebabkan inflasi gila-gilaan, tetap saja tidak banyak kemajuan dari sisi infrastruktur/fasilitas umum. Yang maju masing-masing pribadi, yang terlihat dari rumah-rumah mewah dan mobil-mobil mahal. Tapi fasilitas umum tidak ada. Bahkan listrik harus swadaya. Listrik dari PLN tidak setiap hari ada. Biasanya baru ada setelah jam 5 sore. Dari pagi sampai jam 5 sore listrik biaya sendiri (dengan genset). Lampu-lampu jalan banyak yang mati. Banyak jalan tanpa penerangan.

Kembali ke bapak, menjawab pertanyaanku tadi, bapak mengatakan. "Saya dari dulu juga ingin menanyakan hal yang sama. Mengapa ayahku memilih Bangka, bukan Singapore?" (yang jelas-jelas jauh lebih maju lagi toh?)

Lalu kami membahas, siapa yang akan menyangka Singapore akan semaju itu? Hanya sebuah daerah kecil tanpa sumber daya alam. Di Bangka tanahnya 75% berisi timah. Tentu saja itu daya tarik yang luar biasa. Dan juga siapa yang akan menyangka China akan maju secepat ini, seperti sekarang ini. Tidak ada yang akan menyangka.

Jual babi kecil

Bangsa China mempunyai sejarah yang panjang tentang penderitaan dan kemiskinan. Makanya, penduduknya merantau ke mana-mana untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Pada zaman VOC orang-orang China sudah dipekerjakan menjadi buruh timah di Bangka dengan cara pengiriman yang sangat tidak manusiawi. Istilahnya dalam bahasa Khek kami adalah "mai cu cai" (jual babi kecil)

Nasib mereka lebih parah daripada TKI zaman sekarang. Mereka dikirim dengan kapal-kapal dan dibungkus bagaikan ikan asin. Banyak yang meninggal dalam perjalanan. Sesampai di tanah yang dijanjikan, banyak yang kecewa karena tidak seperti bayangan mereka. Lalu mereka bekerja di bawah pengawasan mandor-mandor Belanda dan mendapat upah. Belanda khawatir bila mereka punya uang akan kembali ke China, karena itu mereka dikelabui dan dibuai dengan candu yang merajalela untuk menghabiskan uang mereka.

Karena tidak ada pendidikan untuk para buruh timah itu, maka para guru didatangkan dari China. Salah satunya adalah leluhur kami bernama Cen Sien Moi, yang berasal dari Mei Xian (Mei Zhou sekarang). Dia datang sekitar tahun 1850-1870 (menurut hitung-hitungan saya sendiri). Dia mengajar Tao Te Ching di Belinyu.

Setelah lama menetap di Belinyu, Cen Sien Moi pun menulis surat ke China, dan mengajak kerabatnya datang. Salah satu yang ikut pada waktu itu adalah om-nya kakek saya. Sama-sama bermarga Cen. Dia seorang tabib (penjual obat yang pandai meramu obat sendiri). Pada waktu itu perjalanan dengan kapal (layar?) yang memakan waktu berbulan-bulan. Tidak lama setelah itu kakekku pun menyusul. Dia bekerja pada om-nya dan belajar meramu obat-obatan.

Karena melihat banyak buruh timah yang membutuhkan pakaian seragam dan masih jarang yang menyediakan jasa tukang jahit, maka kakek belajar menjahit. Sejak itu dia menjadi tukang jahit yang cukup disegani para pekerja tambang dan juga pejabatnya. Karena itulah ayahku sejak kecil sudah bisa menjahit dan pada waktu dewasa berprofesi sebagai tukang jahit juga. (Sekarang tidak lagi).

Bagaimana dengan nenek?

Lalu bagaimana dengan nenek (ibu dari bapak)? Ketika kakek sudah cukup mapan dan usianya cukup untuk menikah, dia pun meminta seorang mak comblang untuk mencari istri dari China. Semua urusan dipercayakan kepada sang mak comblang yang sudah berpengalaman. Seorang gadis pilihannya, yang cantik dan tidak cacat, didatangkan dari Mei Xian, China, menempuh perjalanan yang tidak mudah. Setelah sampai di Indonesia, kakek pun tidak mungkin menolak. Kedua-duanya tidak mungkin menolak. Mereka tidak melihat foto terlebih dahulu, semua dipercayakan kepada mak comblang.

Sementara itu, keluarga ibuku sendiri tidak jelas, karena ibuku tidak bertanya. Bila aku tidak bertanya kepada bapak, maka cerita seperti ini akan hilang begitu saja. Ibu hanya tahu bahwa nenek berasal dari kota Jebus. Namun leluhur mereka yang di China dia sudah tidak tahu. Kemungkinan leluhurku dari pihak ibu adalah orang-orang China yang datang sudah lama sekali. Buktinya nenek (ibu dari ibu) mengenakan pakaian kebaya yang adalah bagian dari kebudayaan Jawa. Sementara nenek dari pihak ayah mengenakan pakaian ala Tiongkok.

Belajar sejarah keluarga sangat penting untuk mengetahui siapa saya.

Comments

  1. Anonymous7:06 PM

    Selamat Tahun Baru mbak Mei. Membaca artikel ini, saya jadi tertarik dengan kota kelahiran mbak, Belinyu. Dapatkah mbak mengirimkan saya bbrp foto atau informasi tentang kota itu? Saya coba googling tapi hasilnya tidak memuaskan. Terima kasih sebelumnya.
    Salam kenal,
    imansutra@gmail.com

    ReplyDelete
  2. Anonymous6:20 PM

    mei, tulisan kamu bagus banget. Asyik sekali membaca nya. salam dari saya, warga Koba, Bangka Tengah.

    ReplyDelete
  3. gitu yah... nenekku keturunan chines juga dari jebus. Punya referensi ilmiah gak ce ttg sejarah masukknya orang-orang chines ke bangka island. Dulu aku pernah baca tesisnya org belanda, katanya org chines bangka dulunya adalah budak korban perebutan kekuasaan di china, trus dijual ke inggris utk gali timah di Melaka. ABis itu sam EIC dijual ke belanda buat gali timah di bangka.. Unfortunately, bukunya itu (kopian) hilang ntah kemana..

    ReplyDelete
  4. Hai, salam kenal aj
    sy jg dr bangka istri dr belinyu
    silahkan mampir ke www.myworldevolution.blogspot.com
    thk

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts