One Night in Bangkok


Kalau hanya punya satu malam di Bangkok, saya usul sebaiknya dihabiskan di Khaosan Road. Jalan yang sudah lama terkenal sebagai area backpacking ini letaknya tidak jauh dari tujuan wisata utama di Bangkok yaitu Grand Palace dan Emerald Budha Temple.

Khaosan Road (Thai: ถนนข้าวสาร) adalah rumah untuk penginapan-penginapan murah. Tempat ini laksana surga bagi mereka yang suka musik, minuman dan keramaian malam. Jalan ini adalah salah satu jalan paling ramai di Bangkok, menjadi rumah bagi pelancong dari seluruh dunia.



Seorang penulis Thai pernah melukiskan jalan ini sebagai "a short road that has the longest dream in the world." Memang tempat ini menawarkan segala kemungkinan. Tempat ini punya segalanya. Souvenir, handicraft, pakaian, CD dan DVD bajakan, buku bekas, bahkan ijazah dan SIM tembak (hal-hal yang seringkali berguna bagi para backpacker) bisa diperoleh di sini.

Gw sudah lama pernah mendengar tentang kawasan ini. Tetapi pada kunjungan pertama ke Bangkok, gw tinggal di hotel yang agak dekat dengan MRT, sehingga jauh dari Khaosan. Kali ini gw penasaran ingin mencoba kawasan yang sangat terkenal di Bangkok ini. Dan memang cocok dengan budget kami untuk menginap di hotel backpack. Sepertinya sih orang Indonesia jarang yang menginap di kawasan ini. Biasanya sudah booking hotel dari Indonesia dan hotel-hotel di Bangkok tidak terlalu mahal. Dengan harga Rp 300,000 sudah dapat yang cukup lumayan. Hampir sama dengan di Jakarta.

Tetapi, kami mencari yang lebih murah dari itu. Akhirnya kami mendapat sebuah hostel dengan tarif 250 THB per room. (= Rp 70,500) Murah banget ya.. yang bener nih Mei? Bener deh kayaknya catatan gw hahahaha. Satu kamar itu bisa untuk berdua. Mungkin ini seperti hotel-hotel backpack yang murah meriah di Yogya kali ya.

Meskipun murah meriah, justru di hotel ini kami banyak bertemu orang-orang asik. Mostly bule yang linger di Thailand selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Mereka tetangga-tetangga kamar kami. Karena kamar mandinya di luar, ketika mengantre kamar mandi, kami punya kesempatan untuk menyapa dan berbasa-basi.

Yang pertama Inga, perempuan muda dari Holland yang terlihat gugup karena pertama kali backpacking. Dia berkali-kali bilang ”I don’t know” dengan ekspresi pasrah. Ini kali pertamanya dia ke Thailand, dan dia akan bertemu dengan temannya yang akan menjadi teman travelnya, tetapi dia masih ragu dan tidak tahu apa yang akan ditemuinya.

Lalu Gabrielle, wanita Inggris yang baru saja bercerai dan menjual rumahnya untuk jalan-jalan. Rencananya dia akan travelling selama lebih dari satu tahun, menjelajah Asia dan juga Australia dan New Zealand. Menarik mengobrol dengan para petualang seperti ini sambil menemani mereka merokok sambil mengantre kamar mandi.

Guardian Angel

Bagaimana kami bisa menemukan Khaosan Road dari terminal bus Bangkok Southern tempat kami diturunin ketika pertama tiba di Bangkok? Well, that’s another story. Kami belum tahu harus naik bis nomor berapa karena di Lonely Planet tidak ada petunjuk nomor bus. Dan nama daerah di Bangkok sulit sekali dihafal. Di sinilah ada satu lagi pertolongan dari langit. Kami bertemu seorang pria bule yang cute dari Belgia bernama David di terminal bus yang crowded dan memusingkan itu. Kebetulan dia juga hendak ke Khaosan. Dia sudah dua mingguan di Thailand. Langsung deh kita ngekor di belakangnya bagaikan bebek naik bus.

David mengatar kami ke hotel tempat kami tinggal itu. It was a nice hotel, murah-meriah dan di bawahnya ada warnet. Begitu liat warnet, langsung deh gw setuju dengan hotel itu. (Dan sebagai karyawan yang baik, gw langsung menyempatkan membuka PortalHR.com dari sana). Tanpa AC (hanya fan), kamar mandi di luar, kasur yang sekeras batu, tidak ada fasilitas lain. Untunglah kamar mandinya cukup bersih, sehingga kita betah kok. Lagi pula kita hanya satu malam.

Dari Khaosan cukup mudah untuk ke mana-mana. Kita bisa menggunakan angkutan tuk-tuk, taksi, atau bus. Karena ini daerah turis, cukup banyak juga tuk-tuk atau taksi yang nakal, yang nawar-nawarin paket wisata, dll. Kami tiba di Bangkok pada pagi hari, check in, istirahat sebentar, mandi! (setelah seharian di perjalanan), baru deh kita jalan-jalan. Ke Grand Palace, Wat Arun, pasar buah apa tuh namanya (kita makan durian Bangkok yang segede kepalan tangan), dan Bobae Tower (tempat belanja grosir kayak mangga dua gitu).



Malamnya, we decided to jalan-jalan di Khaosan saja. Karena Khaosan sendiri cukup menarik. Banyak toko-toko antik, lampu warna-warni, jajanan di pinggir jalan, musik yang berdentum-dentum keluar dari pub-pub dan bar-bar yang berserakan. Dengan tempat-tempat duduk di luar, orang-orang minum bir dan minuman lainnya sambil menikmati suasana keramaian Khaosan. Minum bir di Khaosan katanya adalah hal yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Bangkok, seperti halnya mengunjungi kebon binatang.

Maka aku pun minum di sana. Segelas margarita kupilih untuk merilekskan badan agar tidur dengan lebih dalam, kubeli hanya dengan 120 bath (=sekitar Rp 30 ribuan). Mau cari di mana harga segini di Jakarta? Bayangkan murahnya bir di bar-bar itu. Gw lupa, tapi pokoknya murah deh. Apalagi bagi orang-orang bule. Oya, mereka minum bir bukan lagi dengan gelas, tapi dengan ember!!!! Embernya gak segede-gede buat nyuci sih, tapi baru pertama kali gw liat orang minum bir pake ember.

Meski hanya satu malam di Bangkok, gw puas sudah mengunjungi Khaosan dan beberapa tempat penting. Ketika tiba di Bangkok, kami sudah sibuk merencanakan destination berikutnya. Awalnya mau ke Laos, tetapi karena tidak ada transportasi yang convenience, dan juga karena sempitnya waktu, akhirnya kami mengubah rute ke Hanoi. Pilihan transportasi darat pun tidak mudah, karena itu terpaksa kami naik pesawat lagi. Kami membeli tiket pesawat Air Asia Bangkok – Hanoi dengan harga sekitar Rp 1 juta lebih.

One night in Bangkok and the world's your oyster
The bars are temples but the pearls ain't free
You'll find a god in every golden cloister
A little flesh, a little history
I can feel an angel sliding up to me

One night in Bangkok makes a hard man humble
Not much between despair and ecstasy
One night in Bangkok and the tough guys tumble
Can't be too careful with your company
I can feel the devil walking next to me


(Frankie Goes To Hollywood)

Coming up: Sebenarnya, apa sih esensi Backpacking?

Comments

  1. Meixiaa, I also spent only 1 day in bangkok and it's interesting to see that how the 1 day experience can be so different in the same city!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts