Petualangan Bhramp-moi : Penang – Bangkok – Hanoi – Saigon – Phnom Penh - Siem Reap – Singapore



Akhirnya, baru bisa cerita-cerita tentang perjalananku sekarang. Setelah dua hari menginjakkan kaki di dunia nyata, dengan pikiran dan nyawa masih entah di mana di antara Penang dan Siem Reap, rasanya aku harus menulis. Kalau enggak ditulis, kayaknya kepala ini penuh. Ada perasaan … apa ya? Kayak belum rampung, belum selesai, belum orgasme; sehingga belum siap untuk menghadapi dunia pekerjaan.

Hari Senin masuk-masuk kantor langsung aku ditugasin ke Bandung, disuruh datang pagi-pagi pula. Tetapi untunglah aku bisa tidak menyanggupi hal itu. Pasalnya, tiba di Jakarta saja hari Minggunya sudah lewat jam 22.00. Aku bahkan belum sempat meng-unpack tas ranselku. Karena sudah kelelahan, aku langsung tertidur.

Besoknya aku tiba di kantor sekitar jam 10-an, langsung berangkat ke Bandung. Di Bandung acaranya molor dan kebanyakan menunggu, sehingga kami baru pulang dari Bandung pukul 18.30. Alhasil, sampai di Jakarta (kantor) jam 21.00 dan sampai di rumahku pukul 22.00. Sama seperti malam sebelumnya, aku langsung tertidur setelah ganti baju. Bahkan enggak mandi dan enggak gosok gigi.

Pagi ini, hari Selasa, aku meng-excuse diriku sendiri untuk datang agak siang, untuk mengurusi tas ranselku. Baju-baju kotor dan lain-lain. Di kantor pada saat makan siang mulai sibuk bercerita kepada teman-teman kantor. They already know about my trip. Aku bukan tipe yang bisa berbohong, bersandiwara, atau menahan cerita. Apalagi untuk kantorku yang cuma ada beberapa orang, sulit mengatakan bahwa aku tidak pergi ke mana-mana, hanya mudik misalnya.

Mungkin karena aku bukan seorang pencerita yang baik, dan juga mungkin kalau diceritakan secara lisan jadinya kurang runut, aku lebih suka bercerita lewat tulisan. Teman-teman kantor pun rata-rata sudah masuk dalam budaya blogging, di mana semua harus di-share lewat blog. ”Tulis dong ceritanya,” begitu kata mereka, instead of ”Ceritain dong...” Hehehe

Cerita petualangan ini aku beri judul Petualangan Bhramp-moi (baca: bram mui). Bhramp-moi dalam bahasa Cambodia berarti enam. Yup, kami berenam dalam trip ini. Terdiri dari “Jolie” mami kami yang mendapatkan julukan terhormat itu dalam trip ini, mba Elly, Mba Uchi, Sitha, Renny, dan gw sendiri. Enam kemudian menjadi salah satu kosa kata yang paling penting di negara-negara yang kami kunjungi. Setiap kali membayar makanan, akan lebih memudahkan bila kita menggunakan bahasa lokal karena kami selalu makan di warung pinggir jalan, bukan restoran besar, sehingga penjualnya tidak bisa berbahasa Inggris. “Sau, two dollars,” misalnya, ketika makan mie (pho hoa) di pinggir jalan Saigon. Artinya, untuk berenam, 2 dollar USD.



Bramui, i miss them already. Selama 10 hari kami hidup bersama; selama 10 hari hanya mereka yang aku punya. Apa yang kami punya hanyalah kami berenam, bersama langit yang biru dan matahari terik menyengat di sepanjang perjalanan kami, dengan beberapa helai uang US dollar, beberapa helai uang Thai Bath dan beberapa helai Ringgit Malaysia yang menjadi modal perjalanan kami. Segala yang ada di hadapan kami masih tidak jelas terbayang. Segala yang sudah kami perhitungkan bisa saja meleset. Kapal tidak ada, jadwal berubah, harga berubah, tidak ada seat, tidak dapat hotel murah, tidak tahu di mana tempat naik bus, dll. Belum lagi resiko kehabisan uang dan tidak bisa pulang. Banyak resiko, tetapi kami menjadi lebih santai karena kami tidak sendiri. We have each other. Kami mempunyai teman yang akan saling membantu dan mendukung. Bahkan orang-orang yang kami temui dalam perjalanan adalah our helper. Jangan-jangan itulah intinya melakukan perjalanan yang ”pengennya sih” bisa disebut backpacking ini. Penuh surprise dan mengandalkan pertolongan yang ditemui di jalanan.

Sekarang, setelah semuanya berlalu dan ending-nya sudah ketahuan, rasanya tidak ada yang terlalu hebat. Tetapi ketika melalui hari demi hari itu, rasanya seru sekali dengan tantangan-tantangan baru yang akan dihadapi keesokan harinya. Setiap tiba di suatu kota, kita harus bersibuk lagi mencari transportasi untuk destination berikutnya. Begitulah sampai destination terakhir. Tapi kami enjoy aja sepanjang jalan, mungkin justru itu juga yang dicari dalam backpacking.

Kini kami berenam mempunyai sebagian sejarah yang sama (shared history). Perjalanan ini mungkin akan menjadi salah satu perjalanan paling berkesan dalam hidup kami masing-masing. Cerita yang sama ini akan mengikat kami dengan sendirinya, meskipun sebelumnya kami bukan teman dekat. Beberapa bahkan baru kenal pada waktu memulai perjalanan. Dan setiap saat bila diperlukan kami tidak akan malu-malu menceritakannya meskipun kami bagaikan gembel di negeri orang. Kami akan bangga bisa melakukan perjalanan hingga Vietnam, Cambodia secara independent. Apalagi sudah pernah mencicipi naik kereta Hanoi-Saigon selama 32 jam!

Biar gampang, aku menceritakannya secara kronologis aja kali ya... Biar gak bosen, aku tidak akan upload semua sekaligus. Soalnya capek juga nulisnya nih. Sebelum ini sudah gw upload dua tulisan yang di luar kronologi. Yang lain menyusul ya... Coming up (lagi ditulis): Pagi di Indonesia, Siang di Malaysia, Malam di Thailand

Comments

  1. Anonymous4:38 PM

    i'm waiting mba mei, also for the pictures ;)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts