Planning a Backpacking Trip

Tanggal 17 Agustus ini, memanfaatkan liburan hari Kemerdekaan RI di hari Jumat menjelang akhir pekan, aku akan mengadakan trip backpacking pertamaku yang kuanggap agak-agak gila. Mengapa gila? Waktu yang kumiliki hanya 10 hari, kami akan mengunjungi---atau lebih tepat lagi melewati---enam negara di ASEAN.

Serunya perjalanan ini dimulai sejak masa persiapannya. Tidak mudah mempersiapkan perjalanan backpack yang totally diatur oleh kita sendiri, tanpa bantuan travel agent, ataupun bantuan teman yang ada di sana. Satu-satunya bantuan yang ada hanyalah dari paman Google dan bibi Lonely Planet.

Adalah temanku Nuri yang punya ide melakukan perjalanan gila ini. Rencana globalnya adalah keliling ASEAN dengan murah meriah. Perjalanan dimulai dari Medan. Dari Medan naik ferry menuju Penang, yang merupakan rute yang biasa digunakan oleh TKI kita dari Aceh dan Medan yang akan bekerja di kota-kota di Malaysia.

Dari Penang perjalanan dilanjutkan menuju Bangkok menumpang bus. Dari Bangkok lanjut ke Laos (Vientiane), menggunakan transportasi darat. Setelah itu lanjut ke Vietnam, Cambodia, lalu pulang melalui Singapore, naik ferry ke Batam, dan kemudian pesawat ke Jakarta.

Pada waktu Nuri mengajak aku, aku langsung tertarik. Biaya diperkirakan 8 juta rupiah, dari hitung-hitungan kasar, dan di satu tempat kita bisa punya waktu 2 hari untuk tour. Dari sana kita pun mulai gerilya mencari tim yang kami targetkan maksimal 5 orang. 5 orang adalah angka yang optimal karena kalau perlu naik taksi, hanya perlu 1 taksi.

Ternyata, tidak mudah mencari 3 orang lain itu selain kami berdua. Kendalanya banyak. Tidak mudah mencari teman yang punya uang 10 juta rupiah, dan juga tidak mudah mencari teman yang punya waktu bepergian lebih dari 1 minggu. Pada awalnya ditargetkan 2 minggu. Akhirnya, baru belum lama ini kami mendapatkan 4 orang lagi, jadi total 6 orang dalam tim, setelah kami agree untuk mengurangi waktu perjalanan menjadi hanya hingga tanggal 26. Itu berarti, buat kami pekerja kantoran, hanya perlu mengambil cuti 1 minggu (20-24 Agustus).

Langkah selanjutnya setelah mendapatkan tim adalah merencanakan detil perjalanan. Nah ini yang ribet. Saya mengakui teman-teman dalam tim ini hebat-hebat, para pencari informasi yang piawai, pengguna-pengguna internet yang handal. Mereka bisa menemukan banyak informasi penting: jadwal kereta, bus, harga, hotel murah (backpack) di tempat-tempat tujuan, everything you need to know. Well, almost everything.

Kami mengadakan meeting 2 kali saja, dan kedua kalinya sangat efektif. Hasil meeting itu adalah itenary yang cukup fixed. Kami sudah tahu harus membawa uang berapa, dalam currency apa, foto, dll. Hari ini semua persiapanku sudah selesai. Dimulai dari membeli tas pinggang yang saya anggap lebih memudahkan, obat-obatan dan peralatan mandi, dan keperluan lainnya yang perlu dibawa. Sekian US Dollar untuk beberapa negara, sekian Thailand Bath, dan sekian Ringgit Malaysia. Untuk Cambodia dan Laos, meskipun masih ASEAN, ternyata perlu visa. Kami harap visa bisa didapatkan on arrival, jadi tidak perlu disiapkan dari sini. Kita hanya perlu menyiapkan foto ukuran 4 X 6.

Persiapan yang lain berhubungan dengan jaga-jaga. Kami harus mengumpulkan contact person di Indonesia in case terjadi apa-apa. Kami juga scan passport in case terjadi apa-apa. Selain itu menghubungi provider sellular untuk memastikan sudah bisa international roaming. Dan, satu-satunya tiket yang kami persiapkan jauh-jauh hari adalah tiket Jakarta-Medan saja, menggunakan Air Asia.

Kami harap semua sesuai dengan yang sudah disiapkan dan kami akan dilindungi Tuhan dalam perjalanan yang cukup beresiko ini. Misalnya, menumpang bus dan kereta melewati perbatasan negara-negara kecil. Dan juga, Tuhan memberi kami kekuatan melakukan perjalanan yang saya bilang agak gila di awal tadi. Mengapa agak gila, karena setelah diplanning-kan dengan detil, ternyata kami hanya punya waktu satu hari untuk satu tempat. Kebanyakan waktu habis di jalan. Saya khawatir kami hanya akan membuang uang dan tenaga sehingga yang didapat hanya capek doang dan tidak bisa menikmati.

Meskipun kami sudah sangat membatasi diri, misalnya: transportasi hanya boleh lewat darat, tidak boleh naik pesawat internasional, lalu hanya boleh menginap di hotel backpack dengan tarif di bawah 10 US dollar per malam, tetap saja budget membengkak hingga 10 juta rupiah. Itulah yang membuat saya khawatir, kami malah boros dengan melakukan perjalanan ini. Well, kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutannya. Yang jelas paspor akan penuh dengan cap dari masing-masing negara.

I’ll keep you updated in this blog.

Comments

Popular Posts