Sebenarnya, apa sih esensi Backpacking?



Bandara internasional Bangkok, Suvarnabhumi (baca: “Su-Wana-Poom”) baru diresmikan akhir tahun 2006, menggantikan bandara Don Muang. Bandara baru ini banyak dibicarakan orang, khususnya orang Indonesia, ketika berkunjung ke Thailand. Bila sebelumnya bandara Don Muang jelek (baca: tidak jauh beda dengan Bandara Soekarno-Hatta) dan gelap, maka bandara ini 360 derajat bedanya. Megah, besar, terang, modern, keren, mewah. Bandara ini sudah bisa disetarakan dengan bandara internasional di Hongkong atau Taipei. Bahkan lebih keren dibandingkan bandara Changi Singapore.

Suvarnabhumi yang berarti “The Golden Land” berada di Bang Phli District, ditempuh dengan 20-30 menit naik taksi dari kota Bangkok. Bandara seluas 3,200 hektar ini sudah dimulai pembangunannya sejak Januari 2002.

Bandara sebelumnya, Don Muang, saat ini akan difokuskan khusus untuk penerbangan domestik. Don Muang saat ini adalah bandara tersibuk di Asia Tenggara, dan sudah mencapai kapasitas maksimumnya yaitu lebih dari 37 juta penumpang per tahun. Bandara Suvarnabhumi diperkirakan bisa menampung hingga 100 juta penumpang per tahun setelah dua tahun berdiri.



”Akhirnya, gw ke Suvarnabhumi juga,” ujar Uchi, yang sudah mendengar dari temannya tentang bandara ini. Mereka masih saja membandingkan bandara Thailand ini dengan bandara Indonesia. Menurutku, sudah bukan saatnya lagi melakukan pembandingan seperti itu. Mungkin pantasnya kita membandingkan bandara kita dengan bandara di Vietnam. (O ya? Don’t be so sure.... nantikan di tulisan selanjutnya)

Uchi senang karena sesuai rencana awal, seharusnya kami tidak menggunakan pesawat. Karena itu tidak akan ada kesempatan untuk mengunjungi bandara ini. Maka setelah turun dari taksi kami pun menyempatkan diri untuk berfoto di depan bandara ini. Begitu masuk, kami tak henti-hentinya mengagumi bandara ini dengan gaya wong ndeso.

Pada saat mengantri check in Air Asia ke Hanoi, kebetulan sekali di depan kami, 2 pasang pemuda-pemudi, ternyata adalah orang Indonesia. Maka kami pun mengobrol tentang trip kami.

Rute yang mereka tempuh hampir sama. Dari Malaysia ke Thailand, lalu ke Hanoi, dan kembali lagi ke Singapore. Bedanya dengan kami, mereka tidak ke Cambodia. Bedanya lagi, mereka semuanya menggunakan pesawat. Low fare airline, Air Asia, kebetulan melayani rute-rute itu, dan tidak ke Cambodia.

Kami pun menggunakan kesempatan ini untuk bertanya-tanya soal apa yang mereka ketahui tentang Hanoi. Karena kami sama sekali blank tentang Hanoi. Sebenarnya mereka juga blank, tetapi mereka sudah mempersiapkannya sejak dari Jakarta. Mereka sudah booking hotel, dan juga booking tour ke Halong Bay. Kami pun minta nomor telepon tour tersebut in case kami membutuhkan.

Mereka menghabiskan hanya sekitar 2 jutaan untuk semua flight dengan Air Asia tersebut. Mereka sempat main di KL, Langkawi, dan beberapa tempat di Bangkok. Tidak seperti kami yang menghabiskan banyak waktu di jalan dengan sedikit kepastian. Ketika melihat kami check in tanpa bagasi, mereka bingung. ”Bagasinya mana?” Gak ada, kata kami. Semua tas ransel, dibawa begitu saja. Hah? Mana cukup untuk ganti baju 10 hari? Well, ya gitu deh...

Sementara bawaan mereka, beberapa koper hitam yang besar di atas trolley. Koper-koper itu sudah beranak dalam perjalanan. Beranak karena banyaknya belanjaan, sehingga koper yang sebelumnya tidak cukup lagi. Wah wah wah.. kami mulai merasa iri dalam hati. Dan mental kami mulai agak terganggu.

Mengapa kita tidak travel seperti mereka? Semua dengan pesawat, dan semua sudah fixed. (dan bisa belanja banyak!) Katanya kita mau backpacking, ujung-ujungnya kita banyak naik pesawat juga. Sejak dari Penang. Dan sekarang ke Hanoi. Wah gw mulai bertanya-tanya, sebenarnya, apa sih definisi backpacking itu? Apakah kita benar-benar backpacking hanya karena kita membawa tas ransel di belakang punggung? Apa bedanya kita dengan mereka?

Bedanya: untuk mendapatkan flight yang murah, mereka harus booking jauh-jauh hari. Mereka sudah book semua flight itu sejak Januari 2007, dengan segala resiko tidak jadi berangkat. We can’t afford that. Rencananya aja baru muncul sebulan dua bulan yang lalu.

Dari ngobrol dan renungan pribadi, aku pun mengambil kesimpulan. Sebenarnya, apa sih esensi backpacking itu?

1. The cheapest possible. Semuanya harus yang paling murah: transport, akomodasi, makan, dll.
2. Independent. Tidak mengandalkan pertolongan yang memudahkan (yang harus bayar) tetapi perjalanan direncanakan dan diatur sendiri.
3. Well-informed. Karena independent tadi, maka kita pun cukup well informed, mencari-cari sendiri tentang transportasi, hotel, dll. Kami membawa buku Lonely Planet, peta, dan juga print out hasil search di web.
4. Penuh surprise dan fun. Travel seperti kami ini memberikan banyak kejutan dalam perjalanan, banyak yang tidak sesuai dengan rencana. Dan karena travel ramai-ramai dengan teman, maka semua itu menjadi sangat menyenangkan.

Kesimpulannya, mungkin kami enggak full backpacking. Karena tidak punya banyak waktu, banyak pilihan kami ambil bukan berdasarkan harga, tetapi berdasarkan waktu.

Akhirnya, karena kelamaan ngobrol, kami lupa, bahwa setelah check in, masih banyak pintu yang harus dilalui sebelum boarding. Kami baru masuk beberapa saat sebelum boarding. Ketika ingat, kami langsung berlari masuk ke dalam ruang departure yang hanya boleh dimasuki penumpang bertiket. Setelah itu masih harus melewati imigrasi dan pemeriksaan tas. Karena kami membawa tas ke kabin (bukan di bagasi) maka tas harus diperiksa, sesuai dengan aturan tidak boleh membawa cairan dengan kemasan lebih dari 100 ml dan totalnya tidak boleh melebihi 1 liter.

Di antara meja imigrasi dan gate tempat boarding juga ternyata sangat mewah. Banyak sekali toko duty free dan restoran yang bagus-bagus. Semua itu kami nikmati sambil berlari mengejar waktu. Aduh bodohnya. (bukannya masuk dari tadi, malah sibuk ngobrol di luar)

Coming up: The Exotic Hanoi, The Exquisite Halong Bay

Comments

  1. air asia juga nyampe kamboja tuh. waktu itu saya pake bangkok - phnom penh for 1,250 baht nett

    ReplyDelete
  2. Air Asia juga nyampe ke kamboja. dulu saya pake Bangkok - Phnom Penh for 1,250 Baht nett

    ReplyDelete
  3. Anonymous4:17 PM

    foto-fotonya mannnaaaa, Mei?

    ReplyDelete
  4. hi Bril ! Foto-foto belum banyak yang di-upload.. hehehe belum sempet sih. Dan lelet internetnya.

    ReplyDelete
  5. Anonymous11:55 AM

    hello, meisia! ini devi.. temenmu dr belinyu.. nice writing, sis.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts