Kantor Impian

Sebenarnya kantor impianku adalah gedung apa tuh namanya yang di sebelah Plaza Senayan, karena aku suka berkantor di dekat mall seperti dulu. Tetapi karena belum saatnya impian itu terwujud, ya sudahlah aku harus bahagia dengan apa yang ada.

Kantor kami sebenarnya sudah disiapkan untuk menjadi sebuah kantor idaman. Dengan berbagai keterbatasannya, ada beberapa hal yang merupakan cikal bakal sebuah kantor impian, kantor masa depan yang diidam-idamkan banyak karyawan.


Pertama, wireless internet connection. Meskipun masih banyak yang menggunakan PC saat ini, perusahaan sudah menginvestasikan koneksi internet wifi. Perlahan-lahan, PC akan diganti menjadi laptop sesuai dengan kemampuan perusahaan, sehingga karyawan tidak harus setiap hari duduk di meja yang sama.

Meja yang sama dan barang-barang yang sama setiap hari melambangkan kemapanan dan rutinitas. Meja-meja itu seharusnya sering diganti, dirotasi, diputar, bahkan perlahan-lahan dibuang dan digantikan dengan meja dan kursi cafe.

Kita sebenarnya tidak perlu meja yang besar, kita tidak perlu punya banyak barang, tidak perlu banyak dokumen, karena kantor kita semakin lama akan semakin paperless. Ruang-ruang kosong dapat diisi dengan meja pingpong, meja bilyard, dan ruangan akan dilengkapi penerangan dan soft music yang mendukung untuk menciptakan suasana cafe yang menyenangkan. Kalau sudah begitu, kita tidak lagi merasa sedang bekerja, tapi sedang hangout di cafe.

Karena pada waktu sewa kantor ditawarkan sewa meja dan kursi juga, di mana meja dan kursi itu lebih besar dari meja-meja lain yang sudah kami miliki sebelumnya, maka terasa wajar apabila meja-meja yang lebih besar itu diberikan kepada karyawan yang jabatannya lebih tinggi. Namun setelah disusun, tanpa disadari penyusunan tempat duduk seperti ini sangat feodal dan tidak sesuai dengan semangat cafe impian yang tadi itu. Manajer-manajer duduk berkelompok, dan bukan manajer di kelompok yang lain. Aku lebih suka duduk berdekatan dengan timku, karena itulah aku sering pindah-pindah tempat duduk manakala bisa.

Dengan begitu, tanpa sadar aku sudah menjalankan semangat "cafe" yang saat ini baru dalam tataran semangat. Dengan semangat dan impian ini dalam benak kita, kita bisa melupakan banyak hal tidak menyenangkan seperti toilet yang selalu basah dan tidak tersedia tissue. Bahkan pintu belakang gedung kantor yang menjadi tempat kami masuk yang tampak seperti pabrik yang belum jadi itu bisa menjadi keren apabila kita menyimpan semangat itu.

Yang kedua adalah free browsing. Di kantor kami tidak pernah ada batasan mana situs yang boleh dibuka dan mana yang tidak. Situs-situs media sosial seperti Friendster, Facebook, Twitter, dll yang menjadi ancaman bagi kantor-kantor lain, di kantor kami malah dihimbau untuk digunakan. Jadilah yang pertama untuk mengadopt teknologi terbaru, kata bos kami. Bermain-mainlah di sana. Jadilah yang terdepan untuk menyambut trend web 2.0.

Sayangnya masih banyak pekerjaan rutin yang menghadang kita untuk constantly bermain-main. Karena itulah sebenarnya manajemen kantor-kantor lain itu tidak perlu khawatir dan terancam dengan situs-situs media sosial. Apabila karyawan banyak pekerjaan, maka mereka pun tidak akan sempat bermain.

Ketiga, flexible working time. Di kantor kami tidak ada peraturan ketat mengenai jam kerja. Namun kami biasanya sudah mempunyai jadwal rutin yang nyaman untuk berangkat dan pulang, nyaman untuk kami sendiri dan cocok juga untuk counterpart dalam pekerjaan, seperti rekan kerja dan klien. Dengan sendirinya akan tercipta sebuah waktu yang universal untuk semuanya bertemu, waktu yang nyaman untuk terjadinya kerja yang efektif.

Dengan tidak membuat peraturan yang kaku, secara tidak langsung perusahaan menghargai karyawan sebagai manusia dewasa yang bisa dipercaya. Manusia yang bertanggung jawab akan memenuhi kewajibannya dan janjinya sebagai karyawan yang dibayar untuk memberikan nilai tambah kepada perusahaan.

Keempat, flexible clothing. Perusahaan juga tidak pernah membuat peraturan baku soal berpakaian. Dan kembali lagi pada manusia dewasa tadi, dengan sendirinya kita akan sadar untuk berpakaian yang rapi ketika akan meeting, dll.

Kelima, semangat untuk tidak pernah lupa untuk bersenang-senang. Meskipun kita sibuk, bersenang-senang tidak dianggap tabu di sini. Malah suatu hal yang perlu dilakukan. Misalnya sering kali (kira-kira sebulan sekali) kita nonton bareng satu kantor, dan setiap tahun (diusahakan untuk) outing.

Sudah cukup rasanya lima hal yang menjadi cikal bakal untuk sebuah kantor impian. Yang penting manajemen sudah memiliki hasrat dan semangat itu, tinggal perlahan-lahan mewujudkannya sesuai dengan kemampuan kita.

Comments

  1. Anonymous11:46 AM

    Huhuhuuuuu, aku juga mau punya kantor kaya gitu, Mei, hiksssss....

    ~Jo~

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts