The Dark Beauty of Batman


Majalah Rolling Stones menyebutnya sebuah karya masterpiece. Kompas mengangkatnya sebagai film superhero terbaik sejauh ini. Aktor Heath Ledger yang bunuh diri setelah memerankan Joker dalam film ini---pada saat film belum selesai dibikin---dan malah dikatakan dia bunuh diri karena depresi terlalu menghayati perannya. Meskipun kemungkinan besar itu hanya salah satu trik marketing, dia cukup menambah untuk menyumbang alasan yang membuat film ini salah satu film yang paling dinanti-nantikan kemunculannya.

Maka begitu dia turun, aku pun termasuk salah satu orang yang tak sabar hendak segera menontonnya. Bahkan ketika ada acara keluarga pada akhir pekan kemarin, aku mencari-cari alasan untuk menyelinap keluar untuk pergi nonton. Kebetulan lagi ada promo menarik dari kartu kredit BCA untuk menonton gratis film ini tanggal 18-20 Juli yang lalu, khusus pertunjukan ketiga (pukul 18-19). Tidak ada lagi alasan untuk tidak segera berlari ke bioskop dan memberikan seribu alasan untuk menolak acara-acara yang lain.




Setiba di 21 Mal Artha Gading, ternyata sudah terbentuk antrian khusus pemilik kartu kredit BCA yang berhak mendapatkan gratisan (hampir sama dengan ketentuan buy one get one yang berlaku pada wiken). Ternyata aku datang pada saat yang tepat, karena antrian baru belum lama dimulai. Syaratnya antrian khusus gretongan ini dimulai pukul 16.00 tetapi ketika aku tiba di sana pukul 15.00-an sudah terbentuk antrian yang cukup panjang, hingga melingkar. Tetapi ternyata antrian ini cepat sekali, karena tiket sudah disediakan dan tidak boleh pilih tempat duduk. Karena datangnya tidak terlalu telat maka aku masih mendapat tempat di barisan G. Itu berarti di tengah-tengah, karena teater yang disediakan untuk gratisan ini adalah teater terbesar, muatnya kira-kira 300 penonton, begitu kata orang BCA-nya.

Film yang berdurasi dua setengah jam ini sebenarnya tidak mengecewakan, tetapi mungkin karena harapanku terlanjur terlalu tinggi, maka tidak terhindarkan ada sedikit rasa kecewa setelah selesai menonton.

Memang, film ini keren. Memang, adegan-adegannya memukau. Batpod yang dikendarai Batman, keren banget. Joker---yang semakin gloomy dan sadis---lebih keren lagi. Banyak shot-shot yang keren, seperti Batman yang berpose di antara gedung-gedung pencakar langit di malam Hongkong, Batpod yang melintasi sudut-sudut kota Gotham dengan penuh gaya. Biar bagaimana pun, sangat mudah untuk menyukai film ini. Bahkan setelah film selesai kamu merasa pengen nonton sekali lagi. Bahkan sampai 3 kali, kata temanku, sebelum kamu benar-benar puas, dan benar-benar mengerti setiap detil.

Itulah. Mungkin itulah sebabnya media-media di atas terlalu berlebihan dalam memuji film ini. Karena apabila dibanding film-film superhero biasanya, film ini memang cukup kompleks. Adegan-adegannya cepat sehingga memaksa kita memutar otak. Script-nya terlalu berat dan agak-agak filosofis. Membuat aku berpikir apakah film ini mencoba meninggalkan genre pop dan ingin memasuki genre film serius? Tetapi kalau dibandingkan dengan film serius (maksudnya film-film festival gitu) dia juga masih ngepop.

Ataukah sekarang sedang menjadi tren, di mana superhero kita tidak sekuat dulu lagi? (Contoh: Hancock) Di sini Batman dipecundangi secara bertubi-tubi. Batman menjadi lemah dan cuek dan menjadi seperti seorang manusia biasa yang harus menghadapi dilema-dilema manusiawi, dan cinta, tentu saja sebagai bumbu pemanis sebuah film. Sebaliknya Joker menjadi semakin kuat dan semakin gila. Tak berlebihan dikatakan bahwa dalam film ini Joker-lah tokoh utamanya, karena dialah yang menang. Dia berhasil memporak-porandakan kota Gotham dan menghancurkan banyak dari kehidupan tokoh-tokoh dalam film ini. Justru inilah yang menurutku sangat menarik dan membuat film ini berbeda.

Sesuai dengan judulnya, Batman kali ini lebih gelap. Lebih gloomy. Bukan film yang ceria nan bahagia. Dan di situlah letak keindahannya. Kesimpulannya, meskipun ada sedikit rasa kecewa karena harapan yang terlalu tinggi, aku suka film ini. Dan aku akan menonton lagi dengan harapan yang lebih rendah untuk mengetahui bagaimana bedanya.

(Foto-foto diambil dari imdb.com)

Comments

  1. Anonymous1:31 PM

    harapan yg terlalu tinggi + review2 yg agak lebay memang suka bikin ribet dan menganggu kita menikmati sebuah film. tp klo bicara tren, emang setidaknya sejak spiderman ada kecenderungan hollywood senang memanusiawikan para hero --mreka dibikin lemah meskipun pd akhirnya ya tetap menang juga.

    ReplyDelete
  2. Akhirnya aku bisa nonton juga film ini meskipun maksa di depan sendiri! Gile, kalo ini ah jauh dari kesan batman yang film anak-anak, this is really bigboys film.

    Oya mbak mei, koreksi, Heath Ledger ga mati bunuh diri loh, dia mati karena kecelakaan-overdosis antidepresan resep dokter yang seharusnya ga boleh diminum berbarengan sama obat lain yang dijual bebas, tapi dia ga tau hal itu. Yah gitu lah yang gw baca di media2 non gosip. Tapi memang ga salah kalau dia minum antidepresan gara2 terlalu mendalami peeran Joker-nya itu.

    I'm impressed with the film. Must watch!

    ReplyDelete
  3. OOoooh gitu ya den... wah thanks deh atas koreksinya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts