Cinta dalam Hamburan Brand

Ini adalah dunia perempuan. Maklum saja kalau rekan-rekan pria di kantor emoh menonton. Ini tentang Manolo Blahnik, Louis Vuitton, Vivienne Westwood, Vera Wang, Dior, Vouge, dan masih banyak lagi brand-brand papan atas lain yang bertaburan.

Ini memang khas Sex and The City. Glamour. Dan seperti pernah ditulis Bre Redana di Kompas, ketika sesuatu diangkat ke layar lebar semuanya akan lebih menohok. Lebih glamour. Lebih dramatis. Lebih padat. Dan tokoh-tokohnya pun kini sudah lebih tua.

Inilah bagian yang menarik, keempat tokoh utama salah satu serial TV paling sukses di dunia itu kini sudah berusia 40 tahun ke atas. Dan masih juga single. Atau setidaknya, masih merasa single.

Buat yang tidak suka menonton TV seperti aku, tak perlu khawatir tidak mengenal tokoh-tokoh dalam cerita. Film ini utuh sebagai satu film yang bisa berdiri sendiri terpisah dari film serial TV-nya. Seperti biasa, Carrie yang menjadi narator berkisah dari awal mengenai siapa tokoh-tokoh dalam film ini.

Charlotte yang terlihat paling "baik-baik saja" di antara keempat tokoh, mempunyai suami (atau pacar?) dan seorang anak angkat dan masih mendambakan seorang anak kandung, Miranda yang sudah lama menikah dan kehidupan sex-nya sedang padam sehingga suaminya terpeleset dalam perselingkuhan, Samantha yang masih saja selalu memikirkan sex dan tak dapat membedakan cinta dengan sex, dan Carrie...

Carrie yang hubungannya semakin serius dengan Big dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Inilah pusat dari cerita film ini dengan dilingkari cerita kehidupan masing-masing sahabat Carrie.

Pernikahan Carrie---seorang penulis kolom tentang wanita lajang di New York---itu pun di-blow up sebesar-besarnya. Pernikahan itu seperti memberi harapan wanita-wanita lajang masih bisa menemukan jodohnya pada usia 40 tahun. Majalah Vogue menurunkan edisi khusus dan memotret Carrie dengan gaun pengantin dari hampir semua brand papan atas. Sebut saja Vera Wang, Dior, bahkan Vivienne Westwood sampai menghadiahkan gaun pengantinnya secara khusus kepada Carrie.

Bayangkan. Untuk menonton barisan gaun-gaun dan gemerlap fashion itu saja sudah cukup menyenangkan. Dan bayangkan, apabila semua brand yang membuat wanita menjerit-jerit hanya mendengarkan namanya saja itu, mensponsori film ini. Maka sebelum masuk pasaran pun mungkin film ini sudah meraup untung.

Sex and the City memang begitu menghujani penonton dengan brand, bahkan
sampai ke kopi yang selalu menemani hari-hari Carrie dan teman-temannya. Gelas kertas Starbucks dan logonya yang sudah sangat akrab di mata kita itu tidak pernah terlupakan dalam adegan minum kopi.

Maka biar bagaimana pun, film ini keren. Tak perlu pusingkan ceritanya, tak perlu pertanyakan rasionalitasnya. Nikmati saja. Glamour itu menyenangkan. Pernikahan impian yang sangat ribet persiapannya, hingga pengantin menjadi lupa akan esensinya. Lalu tibalah hari H.

Di sinilah yang menurut aku menjadi klimaks film ini. Adegan puncak adalah ketika Carrie ---spoiler alert nih--- turun dari mobil dan memukul-mukul Big dengan bunga di tangannya. Carrie begitu terpukul dan menangis, musik yang dimainkan pun adalah musik yang sedih. Penonton tercengang dan terdiam menyaksikan adegan itu, tapi entah kenapa aku malah tertawa. Aku merasa adegan itu keren sekali dan sekaligus lucu ironis.

Setelah itu rasanya hampir sama saja dengan nonton TV. Cerita bagaimana Carrie dan teman-temannya cope dengan masalah (cinta), dan akhirnya---tentu saja---berakhir bahagia. Inilah Hollywood teman-teman.

Comments

  1. Charlotte punya suami tante, bukan pacar :D

    ReplyDelete
  2. Anonymous3:34 PM

    Hmmm.... rasanya jadi wanita cantik gimana yah?? hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts