Karyawan adalah Asset

Benarkah karyawan adalah asset? Jawabannya: SALAH. Yang benar adalah: karyawan yang bagus adalah asset. Karyawan yang tidak bagus tidak ada gunanya untuk perusahaan.
Karyawan yang bagus mempunyai kontribusi yang banyak kepada perusahaan. Konntribusinya sebanding dengan penghasilan yang diterimanya dari perusahaan, bahkan
lebih. Karena itulah dia menjadi asset, sebab dari dia dihasilkan lebih banyak keuntungan untuk perusahaan.

Sementara karyawan yang tidak bagus hanya akan menjadi beban bagi perusahaan karena kontribusinya tidak sebanding dengan gajinya. Dengan kata lain, perusahaan rugi, bukan untung karena mempekerjakan dia.



Pernahkah perusahaan menghitung hal-hal seperti ini? Untuk perusahaan yang sudah bagus sistemnya sih pasti sudah ada. Semua terukur dan dapat dihitung. Kontribusi
masing-masing karyawan dapat diukur. Dapat dinilai, bahkan dengan satuan rupiah.

Karena itulah ketika beban kerjanya bertambah, si karyawan dalam perusahaan yang sudah bersistem baik itu mempunyai alasan untuk datang kepada atasannya untuk
meminta kenaikan gaji. Karena dengan adanya sistem seperti itu, setelah kenaikan gaji dia dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi, dan semua itu terukur.
Sepanjang semua itu dapat diukur dan dipertanggungjawabkan, maka secara logis pun perusahaan dapat mengabulkan kenaikan gaji tersebut.

Karyawan yang bagus ada yang tumbuh dari sononya---memang dari sononya sudah bagus---ada juga yang merupakan hasil didikan dari suatu sistem yang baik. Saya percaya sistem yang baik akan melahirkan karyawan-karyawan yang bagus. Begitu juga sebaliknya, sistem yang buruk, atau ketiadaan sistem, dapat membuat karyawan yang bagus menjadi buruk.

Seorang karyawan yang bagus, smart, semangat kerja yang tinggi, etos kerja yang baik, bercita-cita tinggi, dan sangat berdedikasi kepada perusahaan, adalah asset,
apabila semua potensi yang dimilikinya itu dimanfaatkan secara maksimal. Tugas perusahaan adalah mengoptimalkan potensi itu, mengenalinya dan menyiraminya sehingga
terus bertumbuh.

Apabila dibiarkan begitu saja, maka si potensi itu lama-lama tidak berkembang. Bahkan menjadi layu. Perusahaan tidak selalu dalam kondisi yang terbaik, terkadang tidak ada pekerjaan untuk si karyawan, terkadang pekerjaannya tidak menarik dan tidak menantang, namun tidak apa-apa selama hal itu selalu dikomunikasikan dengan baik. Karyawan tidak merasa diabaikan dan diterlantarkan.

Bila tidak ada kemajuan dalam karir, pekerjaan karyawan itu-itu saja, maka karyawan tentu saja akan merasa bosan. Kebosanan---terutama yang dibiarkan berlarut-larut---adalah salah satu musuh yang dapat mengubah yang baik menjadi buruk. Juga apabila karyawan dibiarkan bekerja sendiri saja, tidak pernah ada masukan dari atasan tentang apa yang diharapkan dari dirinya, maka dia pun tidak akan maju sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

Feedback, masukan, kritikan adalah salah satu tanda perhatian perusahaan. Itu bagaikan air yang menyirami tanaman hingga tumbuh. Lebih bagus lagi apabila tanaman
itu dipupuk, namun minimal disiram saja dia akan tumbuh. Apabila dibiarkan, tanaman akan layu dan rusak. Karyawan yang bagus dapat menjadi buruk. Asset pun berubah menjadi liabilities.

Comments

  1. Anonymous1:42 PM

    Apa kategori untuk karyawan "pas banderol" alias bekerja dengan baik sesuai tuntutan kantor? Aset baik atau beban? Atau tengah2?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts