Hari ketiga: Langkawi-Kuala Perlis-Arau-Kangar



Hari kedua di Langkawi, masih ada waktu untuk jalan-jalan sebelum bertolak lagi ke destinasi selanjutnya. Selanjutnya agendanya adalah kembali lagi ke KL untuk jalan-jalan di KL sendiri dan ke Genting. Sesuai dengan rencana, kami ingin mencoba
kereta api di Malaysia. Bila perginya naik bus, pulangnya ingin naik kereta. Biar lengkap semua moda transportasi dicobain. Kereta terdekat dari Kuala Perlis adalah dari stasiun Arau, pukul 17.30 tujuan Kuala Lumpur.

Karena itu, menurut itung-itungan waktu, paling tidak jam 15.00 kita sudah harus cabut dari Langkawi. Itu berarti, waktu kita tinggal sekitar 4 jam. Karena, biasalah, sehabis breakfast dan beres-beres, tak sadar waktu sudah pukul 11.00.

Selain pilihan naik taksi dan nyewa mobil yang nyetir sendiri itu, ada satu lagi paket kendaraan yang bisa dipilih, yaitu menyewa mobil (dan disetirin) selama 4 jam 100 RM. Karena pas dengan sisa waktu yang kami punya, ya udah kami ambil paket yang ini.

Di Langkawi banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi. Ada Danau Dayang Bunting, bisa juga mengambil paket-paket yang banyak ditawarin, seperti island hopping (lewatin pulau-pulau kayak di pulau Seribu gitu), paket menyusuri hutan bakau (mangrove), Cable car dan daerah Makcincang dan sekitarnya (ini sudah kemarin), pantai kok, dan Pantai Tanjung Rhu. Dengan waktu yang terbatas, maka kita harus pandai memilih tempat yang akan kita kunjungi.

Jangan percaya kalau ada yang bilang enggak perlu ke Tanjung Rhu. Mereka akan bilang alasannya karena sepi. Di sana hanya ada 2 resort, Four Season dan Tanjung Rhu Resort. Dua-duanya sangat high class, di atas bintang lima kali ya. Publik tidak boleh masuk, tetapi untuk Tanjung Rhu resort, kita bisa masuk ke pantainya dari pantai di sebelahnya yang merupakan pantai umum.

Pantai Tanjung Rhu sangat indah. Inilah pantai yang lebih mirip dengan yang ada di film. Tempatnya sepi. Warnanya biru dan hijau benderang, dilapisi putih berkilauan di bawahnya, semuanya menggaungkan kemalasan dan kedamaian di udara. Hanya ada beberapa tamu hotel yang berenang di pantai, bule-bule kaya dengan bikini. Puas deh menikmati pantai ini.

Setelah itu kami memilih melihat Air Terjun Temurun, yang menurut rekomendasi orang hotel paling bagus. Air terjun lain Telaga Tujuh bisa dilihat dari atas ketika naik cable car. Di Air terjun Temurun kami hanya sebentar, kira-kira 30 menit, puas berfoto-foto, bernarsis-narsis ria, kami pun bertolak ke obyek selanjutnya.

Selanjutnya, Pantai Tengkorak, juga rekomendasi orang hotel, pantai ini kecil dan tidak begitu bagus. Hanya sejenak, kami pun lanjut. Bapak sopir kami merekomendasikan melihat Pantai pasir Hitam juga, meskipun tidak bagus-bagus banget, tapi tidak ada salahnya mampir sebentar. Ya, gitulah... gak ada apa-apanya, hanya pantai berpasir hitam (kalau di kita, jadi pantai yang kotor, tetapi di sana bisa dijadikan obyek, hihihi, kreatif). Selanjutnya kami hendak mengunjungi sebuah taman buah (MARDI) tapi ternyata tutup. Padahal itu pun waktu kami tidak banyak lagi, karena setelah itu masih mau mampir ke Billion, sebuah supermarket duty free untuk membeli barang yang belum sempat dibeli kemarin. Wah, empat jam benar-benar singkat, lalu kami kembali ke hotel, ambil barang, dan bertolak ke jetty point, untuk menyeberang kembali ke Kuala Perlis.

Arau

Dari Kuala Perlis naik taksi ke stasiun kereta api Arau 24 RM. Cukup jauh juga ternyata. Sampai di sana reaksi kami semua sama. "Hah? Kecil banget?" Stasiun keretanya hanya seperti sebuah pondok kecil, sebuah pintu masuk yang mengantar kita ke sebuah rel kereta, dimana di sampingnya ada beberapa bangku saja untuk menunggu kereta. Di sisi kanan sebuah pos untuk membeli tiket. Saat itu kira-kira pukul 16.30, kami mau membeli tiket pukul 17.30. Nekad banget ya... (khas gue nih, traveller last minute hehehe) Dan benar. Tiket ke KL habis. Biasanya tidak begini, katanya. Karena wiken, banyak yang 'turun' ke KL. Yang tersisa hanya tempat sleep yang di atas, tinggal tiga, mau diambil enggak? Harus segera, karena di belakang kita sudah ada yang mengantri dan mau mengambil apabila kita tidak mau.

Aku udah pernah naik kereta di bagian upper sleep, waktu dulu dari Bangkok-ChiangMai. Aku gak suka, rasanya sempit, gak bisa duduk, sejak naik kereta hingga tiba harus berbaring terus. Perjalanannya cukup jauh, karena naik kereta lebih slow daripada bus, dan banyak berhentinya. Kami sebenarnya lebih memilih yang duduk, ya sudah akhirnya diputuskan tidak jadi. Kami kembali ngebis.

Dari Arau naik bis menuju terminal Kangar. Ada bis umum, tarifnya 1,8 RM. Bisnya keren banget lho, sumpah, kita gak tahu kalau itu bis umum. Kayak bus pariwisata gitu deh, judulnya Mara Liner. Ketika udah naik ke bis, kami dimarahin kondekturnya
karena lama. Abis pake terpesona dulu, ragu-ragu dulu, baru nyetopin busnya sih.

Kami diturunkan tidak di terminal bus Kangar. Dari tempat turun harus berjalan sekitar 10 menit. Inilah sebabnya kalau travel begini sebaiknya membawa backpack. Kalau koper ataupun tas garet bayangkan repotnya kalau harus jalan gini. Waktu itu aku sangat buru-buru karena masih belum ada clue mengenai terminal maupun busnya.
Kami seperti terdampar di sebuah kota kecil yang asing. Karena trauma kehabisan tiket kereta, ketika ditawari tiket oleh pemilik warung kecil tempat kami makan di dekat stasiun Arau itu, kami ambil. Dengan harga 45 RM. (harga resmi 42,8 RM) Biar
gak usah buru-buru rush ke terminal, gak apa-apa deh. Tetapi setelah itu aku sempat worry, gimana kalau kita ditipu dll, tapi ternyata segalanya baik-baik saja. Akhirnya kami naik bus yang benar, dan tiba di tujuan dengan selamat keesokan harinya.

(bersambung)

Comments

  1. Anonymous6:34 PM

    bule-bule kaya dengan bikini. Puas deh menikmati pantai ini. = hihihi...:D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts