South Korea Trip (3): Mount Seorak, Busan, dst


Di blog ini, kalau kamu perhatian, ada beberapa tulisan yang tidak diselesaikan. Seperti waktu janji mau upload foto ziarah, eh enggak jadi. Trus ada beberapa trip di dalam negeri yang tidak sempat ditulis, hehehehe dasar. Entah kenapa masih pengen
ngelanjutin serial tulisan trip Korea ini. Mungkin demi SEO kali ya, karena tulisan apa pun pasti ada yang baca, dan catatan trip ini mungkin akan ada gunanya buat yang ingin melakukan perjalanan sendiri semi-backpacking ke Korea Selatan.

Ini adalah tulisan yang ketiga. Destinasi selanjutnya setelah tulisan pertama dan kedua, adalah Mount Seorak. Setelah sebotol soju dan hangatnya kasur serta ruangan di motel mengantarku tidur sangat nyenyak malam sebelumnya, hari ini rasanya aku udah siap menaklukkan dunia.



Hari ini kita akan naik gunung. Tapi... ohhh makkk, kenapa pas banget, gw dapat mens???? Biasanya dia sering tidak teratur, eh giliran lagi jalan-jalan kenapa dia datang tepat waktu. (Pasti efek soju yang hangat). Ketepatannya kali ini benar-benar
tidak diharapkan. Persediaan pembalut sih ada, tetapi tidak akan cukup. Harus segera beli di convenience store terdekat. Di Korsel, bahkan di gunung-gunung pun ada 7/11. Tidak perlu kuatir, tapi harganya mahal euy. Di sinilah gue membeli pembalut paling mahal yang pernah gue beli seumur hidup, yang isi 20 harganya sekitar Rp 50.000.

Kami pun berangkat dari Chuncheon, dari motel kami naik taksi menuju terminal. Dari sana naik express bus (3 jam) sampai ke Sokcho. Di sini menunggu bus nomor 7 yang naik ke Mount Seorak.

Karena pengalaman kedinginan sejak kemarin---aku sudah cerita belum ya bahwa pakaian kami kurang memadai? Suhu udara sekitar 10-12 derajat celcius, tapi rasanya dingin banget. Mungkin karena angin. Di atas gunung pasti akan semakin dingin. Di terminal Sokcho itu ada sebuah toko yang menjual peralatan wamil (wajib militer). Di sana setiap pria yang mencapai usia dewasa (18 kali ya? hehehe sorry gak tahu), harus masuk wajib militer. Sehingga toko-toko yang menjual peralatan seperti ini pun bisa dijumpai di terminal.

Akhirnya masing-masing kami membeli sebuah topi yang ada kupingnya itu lho, buat menahan dingin, dengan bahan yang sangat hangat di dalamnya. Topi militer itu secara khusus kami minta dijahitkan bendera Korea, agar ada tanda mata Koreanya. Nah, buat yang sudah melihat foto gw di Facebook, sekarang jadi tahu deh gimana cara gw mendapatkan topi lucu itu hehehe.

Di Mount Seorak, ada tiga track yang bisa diambil. Kalau punya banyak waktu, bisa mengambil jalur yang lebih menantang, yaitu 6 jam tracking dan view-nya luar biasa. Kami mengambil jalur-jalur yang lebih pendek. Yang 2,5 jam treking pada hari ini, dan besok paginya kami mengambil jalur yang naik cable car. Di puncak sini, pemandangannya awesome. Dan angin yang kencang membuat dingin sampai ke tulang.

Sebelum naik, di lobby Mount Seorak (sebelum kita jalan lebih jauh dan memilih salah satu track, aku menyebutnya lobby aja deh) ada toko-toko yang menjual souvenir dan juga penjaja makanan kaki lima. Gw melihat sebuah gerobak yang mengepul-ngepul asapnya, lalu beberapa orang Korea membeli.

Saat ini adalah musim gugur, waktu terbaik untuk datang ke Seorak. Wisatawan domestik dan mancanegara datang ke sini. Lebih banyak sih orang-orang Korea sendiri, orang-orang tua dan muda mengenakan fashion naik gunung. Pemandangan yang menyenangkan. Bahkan sampai sekarang masih menyenangkan memikirkan pergi ke gunung dan bersantai pada akhir pekan.

Soal Seoraksan dan keindahannya bisa dibaca di tempat-tempat lain, di sini aku hanya ingin menambahkan soal makanannya. Sebelum naik ke lobby itu pun, penjaja makanan ada di kiri dan kanan jalan. Banyak juga yang menjual ginseng, namanya juga negeri ginseng. Ada warung makan pinggir jalan dengan tempat duduk menghadap pemandangan gunung-gunung, sangat eksotis. Mereka membakar ikan kecil-kecil yang kurus-kurus berwarna hitam, yang kayaknya makanan khas di Seorak. Tentu saja aku nyobain. Ditambah dengan soju, sambil menahan dingin, wah, nikmat banget deh.

Kembali ke gerobak yang mengepul-ngepul di lobby tadi, gw jadi penasaran dong, apa sih yang dibeli orang. Apalagi gw lagi kedinginan, gw pun mendekat ke arah asap yang hangat itu. Gw liat bentuk makanannya aneh banget, kayak kacang tapi bukan kacang. Kata temen gw kayak kecoa. Asli, kayak kecoa. Ngeliatnya aja teringat Fear Factor.

Lalu gw tanya tukang jualannya, ini apa sih? (in english). Tentu saja dia enggak mengerti bahasa Inggris, lalu dia menjawab dengan bahasa Korea, yang tentu saja gw gak mengerti. Akhirnya gw beli juga soalnya dia udah tampak bete dan gak ada waktu melayani tukang nanya-nanya dengan bahasa yang aneh ini.

20 won untuk segelas kecoa hangat yang mengepul-ngepul. Kira-kira 20.000 rupiah. Cemilan penghangat badan yang disukai orang Korea. Kira-kira efeknya buat apa ya? Apakah sehat? Protein? Whatever. Menurut Kavi (temen dari Laos) itu adalah kepompong.

Kalau bener, berarti gw udah pernah makan kepompong. Gw cobain, rasanya kayak kacang rebus, tapi semakin lama dimakan, rasanya boring juga. Dalam grup gw enggak ada yang berani coba. Lihat bentuknya aja udah pada males. Gw paksa Kavi menghabiskannya, tapi dia juga gak mau. Akhirnya gw buang juga.


Seoraksan is the highest mountain in the Taebaek mountain range (태백산맥) in the Gangwon province in eastern South Korea. It is located in a national park near the city of Sokcho. After the Hallasan volcano on Jeju Island and Jirisan in the south,
Seoraksan is the third highest mountain in South Korea. The Daechongbong Peak (대청봉) of Seoraksan reaches 1,708 metres (5,603 feet). The Taebaek mountain chain is often considered the backbone of the Korean peninsula.

The national park attracts many national and international tourists all year round, but the main season for Seoraksan national park is autumn. The autumn colours in the area are considered amongst the most beautiful in Korea. The red and yellow forest is interrupted by rocks and small mountain streams flow amidst this. During the rainy season in summer—especially after a typhoon—these streams can swell.

Perhaps the most visited part of the mountain is the main entrance valley to the National Park, a fifteen minute drive from Seokcho city. The valley runs west to east with a paved road leading up to the park's entrance gate. This valley contains
many beautiful sites and is well worth a day visit.


Sedikit kutipan dari Wikipedia. Kalau minat bisa baca terusannya di sini.

Singkat cerita, karena trip ini udah lama juga, gw akan menyelesaikan cerita trip ini di sini. Setelah dari Mount seorak, kami berpisah dengan Bayu, Nurul dan Kavi, pelajar Indonesia dan Laos yang studi di Korea. Teman-teman baru yang sangat baik
dan banyak membantu. Mulai dari sekarang, we are on our own. Perjalanan kita lanjutkan ke Gyeongju, the best place for me, dan sudah pernah kutulis sebelumnya di blog ini meskipun pendek.

Dari Gyeongju lanjut ke Busan (naik bus), kota pelabuhan yang garing dan terik, namun di sana ada pantai yang terkenal (Haeundae Beach), yang luar biasa semarak pada musim panas, yang fotonya ada di email-email, dengan payung-payung warna-warni
dan bikini di mana-mana. Sayangnya, tentu saja bukan itu pemandangan yang kami dapatkan. Kami tiba di sana sudah malam, pantai sudah sepi dan kehidupan malam di pinggir pantai tidak ramai lagi. Dan kami pun lelah.

Yang paling saya ingat mengenai Busan adalah Jagalchi Market. Pasar ikan seperti Muara Karang, tapi tentu saja lebih modern, lebih bersih, dan lebih besar. View kota di ujung jalan dengan rumah yang bertumpuk-tumpuk, pria-pria gagah berani dengan
kaos ketat dan sepatu bot. Wanita-wanita berdiri di depan warung-warung menawarkan mampir untuk makan seafood. Pilihan seafoodnya pun lebih beragam dan banyak seafood-seafood eksotis yang jarang bisa kita jumpai di tanah air, khususnya di Jakarta.

Kami pun mampir. Seafood eksotis yang segar, dipanggang di depan kita langsung, dengan bungkusan daun apa gitu (seperti dakgalbi), ditambah soju (tetep)---oya, ada yang belum tahu apa itu soju? Soju adalah bir Korea yang light, rasanya segar---wahhh enak sekali deh. Kenikmatan yang sulit dilukiskan, inilah enaknya liburan. Tiada lagi keraguan menghadang, kami pun mencoba kerang eksotis (entah apa namanya) yang dimakan mentah-mentah. Sumpah, gw hampir muntah. Rasanya enggak enak. Tapi setidaknya gw udah mencoba.

Mengenai Jagalchi marketi dapat di baca di sini.

Hari kedua di Busan kami mengunjungi Daejongdae. Lumayan, pemandangan laut dan karang. Worth it kok. Banyak yang bilang, ngapain ke Busan, kota pelabuhan kan? Busan adalah kota kedua terbesar di Korea Selatan setelah Seoul dan memiliki pemandangan yang khas. Minimal kalau dilihat di peta, rute kami memang nyambung, searah. Dari Busan bertolaklah kami, naik KTX, menuju Seoul. KTX adalah kereta supercepat (seperti JR Shinkansen di Jepang) yang kecepatannya mencapai 300 km per jam. Wawww... menyenangkan, melewati countryside Korea, pemandangan musim gugur yang tak akan kulupakan.

Selanjutnya, tentang Seoul juga sudah pernah aku ceritakan di blog ini, meskipun sedikit. Catatan trip Korea akan aku sudahi di sini. Bagi yang tidak puas dan penasaran, bisa japri langsung. Itenary lengkap juga ada, silakan diminta, kalau beruntung akan aku berikan. :D

Tulisan lainnya tentang trip Korea Selatan:

Back to Korea

South Korea Trip (1): Incheon - Gapyeong

South Korea Trip (2): Pulau Nami (Nami som) dan Chuncheon Dakgalbi Street


Gyeongju, the museum without walls



Welcome to Planet Seoul, All the Beautiful People



Comments

Popular Posts