The Traveler





Ini para traveler sejati; yang menemukan rumahnya selalu di dalam antara; di dalam perjalanan; antara kota ini dan kota itu; di atas bus-bus atau kereta atau pesawat; di antara bed and breakfast motel yang satu dengan yang lain; di dalam suatu ruang di mana kita menyatu dengan kehidupan dengan cara yang paling dekat; tanpa embel-embel, karena di saat itulah kita boleh melepaskan semua identitas yang melekat... keseharian di mana kita adalah seorang karyawan, bos, manajer, sales, IT, seorang istri, dll... dan kembali menjadi diri kita sendiri yang, bukan siapa-siapa. Nobody. Itulah keindahan travelling, perasaan bahagia yang tersembunyi ketika duduk berjam-jam di kereta, sambil memandangi desa-desa sepanjang jalan, melihat warna-warni jemuran serta wanita-wanita sedang bergunjing dalam kesehariannya... sekali-sekali menjadi penonton kehidupan. Keluar dari kotak kehidupan dan menjadi penonton, bagai menonton TV/bioskop dimana kita tidak harus berpartisipasi. Di situlah, tidak akan ada masalah, tidak akan ada konflik. Yang ada hanya petualangan. Yang ada hanya rentetan hal baru demi hal baru yang menyehatkan jiwa.

Traveler sejati tidak merindukan rumah. Dia tidak membungkus rumahnya dalam sebuah koper besar... semua perlengkapan harus dibawa agar mendapatkan kenyamanan yang sama dengan di rumah... tapi dia akan selalu menemukan rumah yang baru. Dia tidak membawa makanan khas dari kampungnya, dia tidak membekalkan diri dengan sambal dan asesori dari rumah lainnya; di mana pun berada dia bisa hidup. Udara yang menghidupinya adalah petualangan itu sendiri; penyesuaian diri dengan alam yang baru, menyelam sedalam mungkin ke dunia yang baru itu: budayanya, makanan, aroma, suara, ritme kota, dan kepercayaannya. Semua dihirupnya, dan dinikmatinya. Dia tidak akan rindu dengan makanan dari kampung halamannya, karena apabila sudah cukup dan bosan dengan makanan baru/suasana baru yang sudah tidak baru lagi itu, maka dia pun akan mencari sesuatu yang baru lagi. Selera/hasratnya adalah pada petualangan, bukan terfiksasi pada makanan/suasana tertentu. Dengan cara itulah dia teus bergerak, dan dalam gerakan-gerakan itulah ditemukan rumahnya.

Memang terkadang dia merasa home sick juga, tetapi setiap kali perasaan itu datang, dia akan mengingatkan dirinya akan hari-hari di rumah ketika dia selalu berpikir tentang perjalanan, perjalanan, dan perjalanan selanjutnya. Hanya itu yang bisa dipikirkannya ketika otaknya sedang tidak bekerja.

Jangan menunggunya, karena dia tidak akan pernah pulang. Itulah para traveler sejati.

Comments

Popular Posts