West Europe Trip (9): Switzerland





'Trains are wonderful... to travel by train is to see nature and human beings, towns... and rivers, in fact, to see life' - Agatha Christie

Mendengar nama Swiss atau Switzerland apa yang biasanya terbayang? Kalau Google Gambar dengan keyword "Switzerland" pasti yang keluar adalah gambar-gambar pemandangan alam yang indah, pegunungan yang hijau atau pegunungan bersalju, glacier, sungai-sungai atau danau yang tenang. Ada juga kehidupan pedesaan, rumah-rumah kayu dan sapi-sapi berwarna hitam putih serta padang rumput.

Ya, itulah Swiss. Dari Amsterdam, Paris dan Barcelona di mana kita lebih banyak melihat pemandangan kota, kali ini saatnya kita pergi ke alam. Swiss memiliki alam yang indah yang merupakan perpaduan lengkap dari berbagai elemen: pegunungan, danau, sungai, dan salju. Beruntunglah kami, pada bulan Mei ketika kami pergi masih ada salju di puncak-puncak pegunungan Alpen.

Kami tiba di Swiss tanggal 22 Mei menjelang tengah malam. Pesawat Easy Jet dari Barcelona yang dijadwalkan berangkat pukul 20.50 terlambat hampir satu jam. Kami semua menunggu dengan gelisah di bandara Girona pada malam itu. Akhirnya pesawatnya datang juga, dan tidak lama kemudian kami berangkat. Pesawat mendarat mulus di bandara Geneve pukul 22.40, selesai mengambil bagasi dll kami sudah ditunggu di bandara oleh suami mbak Susan dan temannya. Kami dijemput dengan dua mobil. (mbak Susan adalah adik mbak Sophie, salah satu anggota team trip ini, yang bersedia memberikan tumpangan gratis kepada kami selama dua malam di rumahnya di Geneve).

Malam pertama di Swiss langsung kami habiskan dengan terlelap setelah makan kenyang. Ketemu lagi dengan nasi, rasanya senang banget. Udara di Swiss kembali dingin setelah udara hangat di Barcelona. Brrrr... kami berdelapan tidur satu kamar, dua sisanya tidur di sofa bed di ruang tamu.

Keesokan harinya kami jalan-jalan di kota Geneva. Kota yang menjadi pusat United Nations (PBB) ini memang unik. Banyak orang dari berbagai bangsa ada di sini, bahasa yang digunakan pun macam-macam: bahasa Perancis, Jerman, Inggris, dll. Seneng juga rasanya bisa mendengar bahasa Perancis lagi. Yang jadi masalah di sini adalah mata uang yang digunakan pada umumnya adalah Swiss Franc, hanya sedikit yang menerima Euro. Meskipun sebagian besar toko di tempat wisata menerima Euro namun apabila ada kembalian mereka akan mengembalikan dalam pecahan Swiss Franc, jadi agak merepotkan. Karena males tuker uang lagi (hanya 2 hari) bila berbelanja kami menggunakan kartu kredit.

Pada hari pertama di Geneva kami kelelahan dan pulang agak sore. Sekitar pukul 15.00 kami sudah di rumah, makan nasi yang banyak, lalu tidur. Selama trip 10 hari kami selalu kekurangan tidur, hari ini itenerary agak santai jadi ada waktu untuk kami beristirahat di rumah. Beberapa teman mengeluarkan pakaian kotor untuk dicuci. Dan aku, entah kenapa rakus banget menghabiskan nasi berpiring-piring. Padahal baru juga 1 minggu tidak ketemu nasi, gimana 1 tahun ya? Gak kebayang deh. Waktu pulang dari trip Eropa yang berlangsung 18 hari ini gile kangen banget dengan makanan Indonesia yang penuh selera...







Hari kedua di Swiss kami melakukan Swiss Tour naik kereta. Swiss memiliki segalanya yang indah dari alam dalam satu paket, seperti yang aku sebutkan tadi: pegunungan, sungai, danau dan kehidupan desa yang damai. Bagaimana cara mendapatkan semuanya dalam satu hari? Jawabannya adalah dengan kereta panoramic Golden Pass.

Kereta panoramic ini adalah kereta yang cukup mewah, interiornya bagus, lapang dan nyaman, serta jendelanya besar-besar. Kami menempuh rute dari Montreaux ke Lucern dan berhenti di Mount Pilatus. Sepanjang perjalanan selama berjam-jam mata ini rasanya kenyang dijamu dengan pemandangan indah ala Sound of Music. Mau menghadap ke kanan ataupun kiri, sama bagusnya. Semua layak potret (meskipun dari balik kaca jendela) sehingga memori kamera tanpa terasa banyak terkuras di sini.

Aku jadi teringat Orient Express, nama kereta mewah yang menjadi idaman banyak orang itu. Inget Tom Cruise dalam film Knight and Day? Dia menyebut salah satu keinginan yang ingin dicapainya pada suatu hari adalah naik Orient Express. Beruntung aku meski belum pernah naik Orient Express tapi sudah pernah naik Golden Pass. Harga tiket Golden Pass normalnya bisa 1 jutaan rupiah, tetapi berkat koneksi mbak Susan (dari karyawan UN) bisa mendapatkan tiket dengan harga Rp 300.000 saja per orang. Wow... keren.... thanks again mbak Susan if you read this...

Kami berangkat pagi-pagi sekali, pukul 6.30 kereta berangkat. Naik kereta biasa dulu baru sambung kereta panoramic. Setelah ganti kereta beberapa kali di beberapa stasiun pedesaan yang eksotis, kami tiba di Mount Pilatus pukul 14.00.

Mount Pilatus salah satu dalam gugus Alpen tingginya 2,120 m. Lebih rendah sedikit dibanding gunung Bromo di Jawa Timur (2.392 m). Dengan tinggi segitu saja di wilayah Alpen bisa mendapatkan salju yang hampir abadi di puncaknya. Pada bulan Mei masih ada salju di sini. Yup, di sinilah aku pertama kali menyentuh butir-butir es halus berwarna putih itu...

Untuk mencapai puncak Pilatus kita harus menumpang kereta Furnicular. Tarif kereta ini 32 CHF (Swiss Franc). Kemudahan seperti inilah yang jarang ada di tanah air kita, fasilitas yang memungkinkan orang-orang awam dengan fisik yang lemah bisa mencapai puncak gunung dan menyentuh es.

Di atas puncak Pilatus cukup dingin, bila berbicara dari mulut kita mengeluarkan asap. Aku dan beberapa teman langsung terpanggil oleh aroma sosis panggang yang asapnya membuai-buai. Setelah puas foto-foto, kami mampir di warung terbuka itu untuk makan sosis dan minum bir sambil menahan dingin.







Biar dapet semuanya, ketika turun gunung kami menumpang cable car, kemudian sambung lagi naik bus ke Lucern. Lucern adalah kota yang indah di tepi danau. Di sini kami memutuskan untuk naik perahu wisata mengelilingi danau tersebut. Di atas boat ini terdapat restoran, tetapi hanya sebagian saja dari kami yang makan di sini. Lama naik kapal sekitar 2 jam pulang pergi. Sekitar pukul 20.00 kami naik kereta langsung dari Lucern ke Geneve (3 jam perjalanan), tidak pakai panoramic lagi agar lebih cepat. Di stasiun kereta ini karena lapar aku membeli Burger King paling mahal yang pernah kubeli sepanjang hidupku, satu paket terdiri dari burger, kentang goreng, dan Coca Cola seharga 10 Euro. Disantap di atas kereta, rasanya nikmat banget... harga yang mahal pun rasanya worth it.

Dan begitulah perjumpaan kami dengan negeri Swiss yang permai harus diakhiri. Negeri ini memang unik, seperti pemandangannya, negaranya juga sangat damai. Swiss tidak pernah dijajah dan tidak pernah ikutan perang. Satu-satunya negara yang netral di dunia ini. Suasananya sangat internasional. Bahkan tingkat kriminal adalah yang paling rendah di dunia. Benar-benar tempat yang ideal untuk menghabiskan masa tua. Sayangnya, waktu yang ada terlalu singkat untuk mendapatkan pria Swiss hahahaa...

to be continued, next destination: Italy.

Comments

  1. Anonymous10:09 AM

    Wow swiss... mau de kalo tua disana, tp gmn?

    Apa sebaiknya kita camping di pegunungan Alpen? Mau gak?

    ReplyDelete
  2. Anonymous10:13 AM

    kalo beli oleh2 coklat2 swiss yg enak dmn?

    Mau donk perkiraan biayanya? buat siap2 kalo ke sana hi3x

    ReplyDelete
  3. @ Anonymous1: mau banget camping di Alpen... salah satu impian yang belum tercapai... yuk yuk yuk...

    @ Anonymous2: kami beli coklat di sebuah toko swalayan di Geneva, namanya Manor. Untuk biaya dalam tiap tulisan aku sudah masukkan biaya-biayanya, agar bisa dihitung sendiri sesuai kebutuhan masing-masing. Untuk kami sendiri, total 18 hari, 5 negara, lebih dari 10 kota, habis kira-kira 25 juta. Tentang persiapan trip dan summary-nya rencananya akan saya tulis terakhir, keep following ya... hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts