West Europe Trip (15): Venezia, Italia







Kalau ditanya perlu enggak mengunjungi Venice (Venezia) dalam trip ke Eropa, tentu saja aku akan menjawab perlu! Sambil menambahkan, "mumpung masih ada, pergilah. Sebelum tenggelam."

Venezia adalah kota yang sangat unik. Sejak kecil saya sudah mendengar cerita tentang kota yang dibangun di atas air ini. Kota ini menjadi salah satu "jualan" utama negara Italia yang mengandalkan sebagian besar pemasukan dari pariwisata. Kota ini adalah kota turis. Semakin hari semakin sulit bertemu dengan penduduk di kota ini. Semua yang kita temui di sana adalah turis, turis, turis, dari seluruh dunia, selain orang-orang yang mencari nafkah dari turisme.

Venezia yang bagaikan negeri dongeng itu ternyata menyimpan pelbagai masalah pelik. Selain banjir yang datang secara rutin karena gelombang pasang dan juga fondasi kota yang terus menurun, kota ini juga menghadapi masalah banjir pengunjung setiap tahun.

Majalah National Geographic mencatat jumlah pengunjung kota ini tahun 2007 saja sudah mencapai 21 juta. Sementara itu, karena tidak tahan dengan biaya hidup yang terus meningkat, banyak penduduk yang meninggalkan kota ini. Pada tahun 2007 tercatat penduduk Venezia hanya tinggal 60.000 orang saja.

Ternyata biaya untuk maintenance kota ini sangatlah mahal. Saya kutip dari National Geographic: The cost of maintaining Venice: "There is not enough money from the state to cover it all—the cleaning of canals, restoration of buildings, raising of foundations. Very expensive.'' The cost of living: "It's three times as costly to live here as in Mogliano, 20 kilometers away. It's affordable only for the rich or elderly who already own houses because they have been passed down. The young? They can't afford it."

Kota mahal ini kebetulan adalah kota terakhir dalam daftar itenerary kami. Hari terakhir di Eropa, saat dimana kami tidak perlu memikirkan batas bawaan di koper karena budget flight, saat kami sudah boleh belanja oleh-oleh, eh, malah berada di kota yang paling mahal ini. Semuanya serba mahal di Venice. Untuk mengantisipasi hal itu, bahkan kami tidak menginap di Venice. Kami juga mendengar bahwa selain mahal, penginapan-penginapan di Venice semua tidak ada lift. Harus naik tangga-tangga sempit dengan koper-koper kami, kebayang deh...

Maka kami menginap di seberang Venice, yaitu di Fusina. Di sana terdapat sebuah camping ground yang asik, namanya Camping Fusina. Tempat ini asyik banget, hanya 20 menit dari hingar-bingar Venezia kita bisa menemukan kedamaian dengan suasana hutan di tepi pantai. Seperti halnya camping, kita tidur di kamar-kamar yang didesain seperti camp (kemah). Fasilitasnya lengkap, ada tempat untuk barbeque, ada restoran, supermarket, kamar mandi untuk umum, tempat mencuci, dll. I really love this place and would love to go back there someday.







Bagaimana cara kami mencapai Venice? Dari Rome, tanggal 28 Mei (wah, udah lama sekali ya) kembali lagi kami harus bangun di jam yang aneh, yaitu pukul 04.00
pagi. Flight kami dari Roma berangkat 07.00. Pukul 05.00 kami sudah tiba di Fiumacio Airport, ditempuh dengan taksi dari hotel kami di Roma. Kami naik Easy Jet dengan batas bagasi hanya 15 kg dan untuk hand carry hanya boleh membawa 1 tas saja dengan ukuran dimensi yang sudah ditentukan.

Kami tiba di Marco Polo Airport Venice pukul 08.00 pagi. Setelah itu menumpang bus ke Mestre. Di sini menunggu bus nomor 11 untuk menuju Fusina. Ternyata bus nomor 11 tidak semua sampai ke Fusina (paling ujung), hanya bus jam-jam tertentu yang sampai Fusina. Jadinya kami menghabiskan cukup banyak waktu untuk menunggu bus di terminal Mestre ini.

Sekitar pukul 10.30 kami tiba di Fusina. Setelah check in tidak sabar kami hendak melihat Venezia yang terkenal itu. Kami naik boat pukul 12.00 ke Venice, tiba di pelabuhan Zatere. Boat trip sekitar 15 menit saja.

Di Venice jalan-jalan di San Marco, Rialto, semua dipadati tourist. Pemandangannya cukup indah, namun dari sisi arsitektur bangunannya tidak berbeda dengan kota-kota Italia yang lain. Yang membedakan adalah kanal-kanalnya, karena itu ketika di Venice seharusnya kita berkeliling naik gondola. Beberapa gondola bahkan dilengkapi live music, wah suasananya jadi romantis banget. Sayangnya, kami tidak sedang dalam honeymoon trip. Dan naik gondola ternyata sangat mahal, 100 Euro untuk keliling sekitar 40 menit. (1 gondola 6 orang) Paling murah setelah kami keliling menawar banyak gondola, sambil memilih-milih mana tukang gondola yang paling ganteng, hanya dapat 80 Euro untuk 30 menit. Wahh... masih mahal kan? Sementara, kami semua sudah kehabisan uang ketika di Venice. Sisa uang yang ada, sebaiknya dibelanjakan buat oleh-oleh, daripada tidak membawa apa-apa pulang ke tanah air. Akhirnya, this is our little secret, we didn't take the gondola ride.

Instead, kami berjalan saja, keliling kota Venice, yang tidak begitu besar, menyusuri lorong-lorong dan jembatan-jembatan, dimana banyak toko dan cafe-cafe yang asyik, sambil melihat gondola-gondola yang lewat dari gang-gang dan di bawah jembatan-jembatan itu. Tidak lupa juga bersantai di salah satu cafe Venezia. Bersantap pasta dan minum bir Italy sambil melihat pemandangan turis yang warna-warni. That's our little Venezia experience.

Pukul 18.00 kami sudah kembali ke Fusina, padahal kalau tidak salah kapal terakhir dari Venice pukul 20.00. Sepertinya kami lebih prefer suasana tenang di Camping daripada hingar-bingar Venice. Makan di resto Camping Fusina lebih murah pula, jadi kami memutuskan untuk dinner bersama di malam terakhir kami di Eropa di resto Camping Fusina. Setelah makan dan mandi rencananya kami hendak minum-minum di depan kamar, di arena camping ground, untuk merayakan malam terakhir kami, tetapi ternyata setelah mandi semua ketiduran karena lelah.

Keesokan paginya, we had a wonderful breakfast. Suasana Camping Fusina sangat asik. Sebuah croissant, secangkir kopi Itali yang sedap, harus menutup hari-hari yang menyenangkan di Eropa. We had a nice chat with our friends, most of them baru kenal dalam trip ini. Di pagi yang santai itu, dekat dengan pohon-pohon cemara dan pantai, we talk about our job, our lives, tempat kita sebentar lagi akan kembali.

Setelah mandi, siap-siap, kami check out dari Camping Fusina pukul 10.00. Pukul 11.00 datanglah bus menuju Mestre. Dari Mestre naik bus ke airport (AGTV) kurang lebih 30 menit. Jangan lupa menyediakan waktu untuk menunggu bus, karena kami menunggu bus ke bandara ini cukup lama. Sampai-sampai sempat makan dulu kebab Turki di seberang terminal. Tiba di bandara pukul 12.30 sudah terjadi antrian sangat panjang untuk check in pesawat Emirates. Ini satu lagi tips kalau naik Emirates, biasanya pesawatnya sangat penuh, dan kapasitasnya cukup besar, sehingga butuh waktu cukup lama untuk check in. Tanggal 29 kami terbang dari Venice melalui transit beberapa jam di Dubai, dan tiba di Jakarta tanggal 30 Mei 2010. That's the end of our grand voyage, Thank God for let it happen to us.

Biaya-biaya:

- Transport to Roma Fiumacio airport by taxi : 11 Euro.
- Naik bus dari Marco Polo airport ke Mestre : 3 Euro.
- Camping Fusina per orang per malam : 15 Euro.
- Boat Fusina - Venezia (pp) : 12 Euro.
- o ya, pipis di sini sangat mahal, ada yang mencapai 4 Euro ! Cobalah cari yang lebih murah, ada kok.
- Pasta 8,5 Euro.
- Heineken 2,5 Euro.
- Pizza + bir Italy 8 Euro.
- Dinner Pasta + Salad di Fusina 7 Euro.

- Bus dari Fusina ke Terminal Mestre : 1 Euro.
- Bus dari Mestre ke Marco Polo airport : 3 Euro.

Comments

Popular Posts