Tantangan -20 °C Harbin, China





Harbin adalah ibukota Heilongjiang, propinsi di ujung timur laut daratan China yang berbatasan dengan Rusia. Harbin terkenal dengan cuacanya yang super dingin, di sini setiap tahun diadakan Ice and Snow Festival pada bulan Desember sampai Januari. Pada saat-saat itulah cuaca paling dingin, dan justru itulah saat terbaik untuk mengunjungi Harbin.

Karena dekat dengan Rusia, Harbin memiliki banyak unsur Rusia yang menjadi jualannya. Khususnya di daerah downtown Central Street dan sekitarnya, masih tersisa arsitektur Barat dari zaman Renaissance. Suasana di sini memang agak mirip Eropa karena arsitekturnya, ditambah cuaca yang super dingin menambah nuansa romantis. Mungkin karena itulah Harbin sering disebut sebagai Paris of the East.

Dengan segala kekhasannya itu, bisa dibilang Harbin menjadi puncak dalam trip kami bulan Januari yang lalu ke China. Kami mengunjungi beberapa kota penting, yaitu Guangzhou, Beijing, Harbin, Shanghai, dan Hangzhou. Setiap kota memiliki keunikan dan cerita tersendiri, namun karena keterbatasan waktu ngeblog (*curcol) saya akan fokuskan cerita saya pada Harbin terlebih dahulu.

Kami tiba di Harbin pukul 23.20 waktu setempat, bullet train yang nyaman mengantar kami dengan selamat dari ibukota Beijing. Perjalanan Beijing-Harbin ditempuh dalam waktu 9 jam, dengan kecepatan rata-rata 275 km/jam. Kereta yang kami tumpangi ini penuh sesak, duduk pun kami harus terpisah-pisah. Maklumlah, kami travel pada saat yang sangat-sangat buruk untuk travelling, yaitu sekitar 3 minggu sebelum Tahun Baru Imlek. Ternyata di sini budaya mudik jauh lebih heboh dibanding Indonesia, semua harus mudik dan semua dihimbau untuk mudik karena pentingnya silahturahmi dengan keluarga. Masih untung kami berhasil membeli tiket kereta. Harga tiket kereta ini tidak terlalu mahal, 267 RMB. Keretanya nyaman dan bersih. Dan untunglah para penumpangnya pun baik-baik, dan tertib.

Sejak di kereta menuju Harbin, bahkan sejak dari Stasiun kereta Beijing di tempat tunggu menuju Harbin, mulai terasa agak berbeda, dari sisi orang-orangnya. Orang Harbin lebih ramah dan baik (dibanding kota yang kami kunjungi sebelumnya: Guangzhou dan Beijing yang keras dan cuek), orang Harbin lebih ramah dan lembut, lebih peduli pada orang lain. Selain itu mulai juga terlihat wajah-wajah Kaukasian, kulit putih, hidung mancung, dan mata belo, seperti boneka Rusia.

Tentang cueknya (dan tidakramahnya) orang China, saya sudah sering dengar. Tetapi baru sekarang (apalagi ketika melakukan perjalanan backpacking) saya merasakannya. Jangan berharap mendapat sedikit bantuan dari orang-orang di jalan. Jangan berharap layanan yang ramah di restoran maupun hotel. Hampir semua orang seolah curiga pada orang asing yang mendekat dan bertanya. Semua seolah tidak mau hidupnya terganggu sedikit pun oleh orang lain yang tidak mereka kenal/tidak ada hubungannya dengan mereka.

Yang paling parah adalah ketika Anda adalah seorang wanita tak berdaya dan harus berebutan naik MRT pada jam pulang kerja di Guangzhou. Meskipun Anda sudah mengantri, ketika kereta datang, tiba-tiba saja antrian itu hilang dan Anda akan disikut dan diseruduk pria-pria berbadan besar yang memaksakan tubuhnya masuk ke dalam MRT yang penuh sesak. Tidak ada tempat untuk orang yang lemah di sini.

Hal lain yang menarik di Guangzhou adalah taksinya, dimana antara tempat duduk si pengemudi dengan penumpang dibatasi oleh jeruji besi untuk keamanan. Betapa rendahnya level of trust di sini. Guangzhou adalah ibukota propinsi Guangdong yang sangat industrialis, kemungkinan besar sebagian orang yang Anda temui di sini adalah pekerja pabrik. Masih ingat cerita tentang bayi yang dilindas truk yang menghebohkan seluruh dunia itu? Itu terjadi di Foshan, sebuah kota di Guangdong. Peristiwa itu kemudian memicu kemarahan orang-orang China sendiri yang sudah tidak tahan dengan degradasi moral masyarakatnya. Seorang profesor membuat situs Chinahaoren.com untuk menunjukkan bahwa masih banyak orang China yang peduli pada sesamanya.

Mengalami ketidakramahan penduduk setempat, tentulah bukan pengalaman menyenangkan buat seorang turis. Hal ini sangat mengurangi keasyikan dalam sebuah perjalanan, mengurangi kenikmatan menjelajahi tempat-tempat baru. Dalam perjalanan kereta dari Beijing ke Harbin (setelah berwisata di Guangzhou dan Beijing) I suddenly feel so blue.

Pemandangan dari jendela kaca yang lebar menyajikan gambar suasana pedesaan yang sepi. Gambar itu berwarna kelabu, pohon-pohon yang gundul, rumah-rumah bata yang kokoh menahan angin yang telah merontokkan segala daun. Rata-rata rumah berpagar bata yang tinggi untuk menahan angin. Masih terlihat sisa salju di sana-sini. Rumput telah menguning semua menambah dramatis suasana gersang di musim dingin.

Saya membayangkan kehidupan orang-orang di dalam gambar itu. Orang-orang di desa ini mungkin tidak pernah tahu apa yang terjadi di luar dunia mereka (China) dan entah kenapa tiba-tiba lagu Nikita (Elton John) yang terngiang dalam kepala.

“Nikita you’ll never know...”

Dan tiba-tiba saja air mata saya menetes. Entah kenapa. Aneh, mungkin lagi feeling blue saja.

Sesampai di Harbin berbeda. Sejak dari kereta saja sudah ada seorang ibu-ibu yang ramah mengajak saya mengobrol. Orang-orang Harbin tidak melengos ketika kita mendekat dan menanyakan alamat. Mereka juga rata-rata lebih halus dalam berbicara, meskipun sama seperti di kota-kota lain, di Harbin juga kita akan melihat banyak orang meludah sembarangan. Jadi, meskipun menahan dingin, jangan sering-sering menunduk ketika berjalan.

Salah satu yang paling banyak ditanyakan orang kepada saya tentang trip ini adalah, bagaimana rasanya minus 20 derajat Celcius. Ketika kereta hampir tiba di Harbin orang-orang mulai bersiap. Jaket yang tebal-tebal yang sejak pagi dilepas kini mulai dikenakan kembali. Ada yang berbahan parasut dengan lapisan wol yang tebal, ada yang dari bahan bulu domba, atau bulu angsa. Macam-macam peralatan perlindungan musim dingin yang memadai dapat dilihat di sini. Topi kupluk dikenakan. Syal yang tebal-tebal. Sarung tangan. Dan tak kalah pentingnya adalah masker untuk menutupi mulut dan hidung. Singkat kata, tak boleh ada yang terbuka sedikit pun, hanya menyisakan kedua mata untuk melihat.

Suhu di dalam kereta pada saat itu adalah 24 derajat Celcius. Di dalam ruangan tertutup dan kendaraan umum pada musim dingin sering kali diberikan fasilitas penghangat untuk mengurangi kerasnya kehidupan di musim dingin.

Karena itu ketika melangkah keluar dari kereta yang hangat menuju alam terbuka bersuhu minus 20 derajat Celcius, rasanya seperti melangkah masuk ke dalam freezer untuk membekukan daging-daging. Kontan kacamata saya langsung berembun menutupi pandangan. Dari mulut dan hidung setiap orang mengeluarkan asap. Dinginnya benar-benar mantap!

Dingin yang sejati, tidak main-main, membuat kita tidak boleh terlalu lama berada di luar ruangan. Segera saja orang berlarian keluar stasiun (yang masih sangat ramai pada pukul 23.30) dan mencari taksi. Di sini telah terbentuk antrian panjang dan saya bersyukur antrian di sini adalah antrian yang sebenar-benarnya.

Kami mendapat taksi dan yang menarik di sini adalah kita dapat berbagi taksi dengan orang lain yang searah dengan tujuan kita. Jadi jika sudah ada penumpang dalam taksi, kita masih bisa mencegat, kemudian sang supir akan menanyakan tujuan kita, kalau searah dia akan mau menerima kita. Dengan cara seperti ini ongkos taksi menjadi lebih murah, dan tidak berdasarkan argo. Setelah beberapa hari di Harbin saya mengamati bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya persediaan taksi dibanding yang membutuhkannya, sehingga terciptalah solusi seperti ini.



Harbin adalah kota yang menyenangkan karena suasananya yang hidup. Jalanan cukup ramai dan padat, pada jam-jam tertentu sering terjadi kemacetan. Bunyi klakson sudah biasa menghiasi suasana kota, di pagi hari seringkali itulah yang membangunkan saya bersamaan dengan suara orang-orang mengobrol.

Kami menginap tidak jauh dari Central Street, ini bisa dibilang adalah daerah terbaik di Harbin. Hanya berjalan kaki beberapa menit saja sudah sampai di St. Sophia Church yang terkenal. Hanya berjalan-jalan di sepanjang Central Street saja sudah cukup menyenangkan, tidak perlu ke mana-mana lagi. Di sini adalah pusat keramaian, pusat pergaulan anak muda, tempat di mana orang menonton orang. Banyak toko yang menarik untuk dikunjungi, banyak acara diselenggarakan. Arsitektur di sekitar juga menawan, dihiasi pohon-pohon sepanjang jalan. Pada saat diselenggarakannya Ice and Snow Festival, di sini banyak dibuat patung-patung yang cantik dari es. Ada patung Marylin Monroe, miniatur sebuah ruang tamu, pahatan-pahatan berbentuk tulisan, dan masih banyak lagi. Pada malam hari lebih indah karena ada lampu warna-warni. Kita juga bisa duduk di atas kursi-kursi dari es ini dan tidak akan basah karena es tidak mencair pada suhu sedingin ini. Ini mengingatkan saya bahwa es adalah benda padat.

Karena itu pengalaman yang harus dicoba adalah makan es di Harbin. Es lilin misalnya, sangat keras dan tidak akan meleleh. Sangat menyenangkan!

Dalam cuaca sedingin ini yang paling penting adalah melengkapi tubuh kita dengan pakaian yang memadai. Setiap ingin keluar dari hotel rasanya seperti akan berangkat perang. Pastikan semua peralatan sudah lengkap, jangan ada bagian tubuh yang terbuka. Misalnya hidung bisa terasa perih bila tidak tertutup. Begitu juga telinga. Bibir akan selalu menjadi kering, karena itu selalu siagakan Lip Gloss. Body lotion juga tidak kalah penting karena udara cenderung kering. Saya juga mengenakan pakaian dalam thermal yang menghangatkan. Ditambah baju, sweater, dan jaket, total bisa mencapai 5 lapis, tak heran langsung menjadi gendut. (lihat foto)

Di ujung Central Street ada Stalin Park yang juga menjadi salah satu atraksi pariwisata. Taman ini berada di pinggir sungai Songjia yang terkenal. Pada saat kunjungan kami ke Harbin sungai ini telah kering dengan sempurna. Tak tersisa lagi sedikit pun air, yang ada hanya es dan sisa salju, orang-orang bermain ice skating di padang yang luas yang pada musim lain berwujud sungai itu.

Ketika malam tiba tibalah saat yang ditunggu-tunggu yaitu saat mengunjungi Ice and Snow World. Ajang pameran berbagai ukiran dari es dan salju dalam skala besar ini adalah salah satu daya tarik utama Harbin. Bila search Google image dengan keyword Harbin pastilah menemukan foto-foto dari ajang tahunan ini. Karena itu, meskipun tiket masuknya terbilang sangat mahal bagi kami (300 RMB) rasanya sayang bila kami melewatkannya. Sudah jauh-jauh sampai Harbin... entah kapan akan ke sini lagi. Tiket inilah salah satu yang membuat kami agak morat-marit dalam trip China ini, karena ternyata di sana barang-barang tidak murah (*curcol lagi).

Ice and Snow World, ternyata tidak rugi membayar 300 RMB untuk melihat keindahan warna warni di dalam es. Bagi yang belum pernah menyentuh salju, di sini tersedia banyak. Sayangnya, memang sangat disayangkan karena dalam sepanjang trip ini kami tidak mendapati salju turun, hanya mendapat sisa-sisanya saja di atas tanah.

Ice and Snow World, dari namanya mungkin agak menakutkan bagi orang-orang yang takut dingin. Tetapi tak perlu khawatir, karena ternyata di sini juga banyak disediakan ruangan (indoor) sehingga bila sudah tidak tahan terlalu lama di outdoor, bisa mencari kehangatan di dalam ruangan. Begitu pula di seluruh kota Harbin. Kami biasanya tidak tahan terlalu lama berada di luar ruangan, maksimal antara 1 dan 2 jam, kita harus masuk, ke dalam ruangan, atau misalnya kendaraan. Di sini sebagian besar ruangan menyediakan penghangat, jadi tidak perlu khawatir.

Ketika mendengar saya mengunjungi Harbin ternyata orang tua saya sangat khawatir. Karena mereka tahu saya orang yang tidak kuat dingin, bagaimana mungkin menghadapi cuaca lebih rendah dari minus 20? Tapi ternyata saya bisa melewatinya, bahkan menikmatinya! Dinginnya benar-benar mantap, dan jangan khawatir karena Anda akan selalu bisa menemukan tempat untuk mendapatkan kehangatan di kota yang romantis ini.


Comments

  1. Jadi inget cerita di film "the way back" ttg buronan perang Rusia yg kabur ke India, lewat Cina. Di Cina mereka ketemu org2 yg ramah dan baik, mungkin Cina yg dimaksud kota Harbin ini. Nice story Mba Mei, jd ngebayangin gmn ya wajah mba Mei kalo lg feelin' blue trus menitikkan air mata di tengah perjalanan naik kereta, qiqiqiqi :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  2. Thank you, ra. The way back, gw blm pernah nonton tuh.. Mungkin once upon a time in China mereka lbh ramah.. Dan kebetulan krn pengalaman gw di Gz dan BJ keduanya adl kota besar yg tumbuh sgt cepat, shg masyarakatnya cenderung kurang peka thd orang lain..
    Hehehe jadi malu.. That's my mellow moment :d

    ReplyDelete
  3. Anonymous4:13 PM

    Abis baca tulisan ini, berasa abis jalan2 ke harbin

    Ibun

    ReplyDelete
  4. wow.. thank you bun :)

    ReplyDelete
  5. Hai... suka bgt baca tulisannya... Kebetulan aku lg ada rencana buat ke China. Setelah bullet train dibuka dr GZ-Beijing jd pengen cobain.

    Bole ga minta detail perjalanan kamu yg pas ke GZ, Beijing n harbin itu? Bole email ke aku di Shanafloj4@yahoo.com?

    Thank you yah


    Julia

    ReplyDelete
  6. Hi Julia, Thanks udah mampir. Nanti saya cari dulu file-nya ya.. akan saya email kalau udah dapet...

    ReplyDelete
  7. Hai Mei,
    Saya juga punya rencana untuk ke Harbin for next january. Boleh tau hotel tempat menginap di Harbin? dan bagaimana booking?

    Thank you,

    Martin

    ReplyDelete
  8. Hi Martin, thanks udah mampir. Saya nginap di ibis harbin, lokasinya mantep abisss.. Pesen di agoda.

    ReplyDelete
  9. nice. merasa lagi di Harbin.

    ReplyDelete
  10. hai... kak Mei...saya berecana jalan2 ke hangzhou harbin beijing
    kalau kakak punya kartu nama hotel/nama2 hotel yang murmer bisa dibagi dong infonya ^^. n kalo bisa bagi pengalaman n tepat2 yang bisa dikunjingi .heheh thanks yah bisa tolong email ke saya di vebri_miracle@hotmail.com thanks kak infonya membantu banget ^^

    ReplyDelete
  11. Hi Rendy, thanks komentarnya.. :)
    Hi Vebry, kartu nama mungkin udah gak tau simpen di mana nih..
    Yang saya inget, di HZ saya nginep di Ibis, Harbin juga Ibis. Beijing kalau gak salah di Rujia. Selamat jalan2 yaaa.. :)

    ReplyDelete
  12. Sis...itu perginya bulan januari yah? Dapetkan tiketnya susah ngak sis? Kami rencana pergi ber4...takut ngak kedapetan tiket. Ada saran sis? Beli tiket langsung distasiun sis?susqh ngak komunikasinya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Monic, iya perginya january menjelang imlek. Beli tiket kereta waktu itu memang agak susah, untunglah kami bisa nitip temen beliiin karena takut ga dapet. Iya, belinya langsung di stasiun, memang agak susah komunikasinya, siapkan tulisan bila perlu.

      Delete
    2. Hi Monic, iya perginya january menjelang imlek. Beli tiket kereta waktu itu memang agak susah, untunglah kami bisa nitip temen beliiin karena takut ga dapet. Iya, belinya langsung di stasiun, memang agak susah komunikasinya, siapkan tulisan bila perlu.

      Delete
  13. Mba mnt tolong dong kirim rencana perjalanannya. Soalnya ga pernah pergi kesana jadi masih engga jelas mau kemana aja. Tolong dong ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Suryady, kebetulan saya hanya pergi ke tempat-tempat yang saya tulis di atas. Kalau di Harbin memang agak sulit karena saya kurang tahu transport umumnya, jadi paling ke Ice Snow Festival aja, itu ada tour dari hotel. Selain itu, gereja Sophia dan Central Street semua dicapai dengan jalan kaki saja dari hotel. Saran, cari hotel yang dekat Central Street

      Delete
  14. Hai, boleh minta itinnya perjlanannya kah? Email ke merrie. xoxo@gmail. com yah.. makasi ,:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mya, maaf saya gak bikin itinerary detail.. perjalanan kami waktu itu dimulai dari Guangzhou. Lalu GZ terbang ke Beijing. Dari Beijing naik train ke Harbin. Kemudian Harbin-Shanghai by flight. Shanghai - Hangzhou darat, terbang ke Jakarta via Hangzhou.

      Delete
  15. hai! Boleh tau nginep di mana ya?dan gimana pengalamn nginep di tmt tsb? btw, thanks udah share pengalamnya selama d Harbin. :)

    ReplyDelete
  16. Halo Hilda, di harbin kami nginep di Ibis. keren banget, lokasinya dekat gereja Sophie dan sekitarnya banyak makanan enak. Tempatnya juga bersih dan bagus.. sangat recommended.

    ReplyDelete
  17. hai say, punya rekomendasi sewa kendaraan di harbin ?
    kalau mau ke central street dari stasiun kereta harbin susah ga ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo sorry sis.. kebetulan aku gak pernah sewa mobil di Harbin.. temen2 ada yang bisa bantu?

      Delete
  18. Mba Mei tny donk....kretadr Beijing k Harbin apa ada space meletakkan koper kita kl ada ukuran M ato L utk koper2 yg kita bawa tlg update skrg ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo sorry baru balas. Seingat saya cukup luas kok untuk koper ukuran M. tapi kalau lagi high season bisa padat banget keretanya.. semoga membantu :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts