NZ Trip (8): Day 8 - 10: Mount John Observatory, Christchurch, Sydney

Hari kedelapan kami terbangun di YHA Lake Tekapo, hostel di pinggir danau yang memberi pemandangan danau biru yang damai. Pagi ini cerah sekali, setelah semalam turun salju. Kami sempat menyaksikan salju itu turun dari jendela kamar dorm kami.

Mobil sewaan kami yang terparkir di depan hostel tertutup salju yang cukup tebal. Teman kami memasak air dan menyiramkannya agar salju bisa dibersihkan dari mobil. Pagi ini kami mampir sekali lagi ke chapel Church of the Good Sheperd yang sangat dekat dari hostel, karena kemarin belum puas foto-fotonya.

Dari sini kami menuju Mount John University Observatory (MJUO). Suhu saat itu nol derajat, walaupun dingin tapi tetap saja semua jaket dilepas ketika berfoto agar tampak lebih bagus.

Berpose di Mount John University Observatory

MJUO ini sebenarnya tempat observatory luar angkasa, tetapi kita bisa naik ke sini (tidak perlu masuk ke observatory-nya, lagian waktu kami juga tidak cukup). Tanpa biaya alias gratis, kita bisa menikmati pemandangan yang indah di sini. Dari atas sini kita bisa memandang Lake Tekapo serta Church of the good Sheperd dari kejauhan.

Christchurch, Here We Comes

Walaupun masih berat rasanya, kami harus meninggalkan tempat yang indah itu, daerah Mount Cook dan sekitarnya memang memanjakan mata, entah kenapa kayaknya keindahan itu gak ada habisnya. Berapa GB memory card untuk kamera yang kamu punyai, rasanya gak akan cukup. Sampai di sini, beberapa dari kami sudah harus menghapus foto-foto yang kurang bagus untuk memberi ruang foto yang baru, walaupun memory card yang dibawa sudah cukup banyak.

Sekitar pukul 12.30 kami memulai perjalanan menuju Christchurch, kota persinggahan kami yang terakhir. Sepanjang perjalanan ini cuaca cerah, langit tak berawan sama sekali. Pukul 16 kami sudah tiba di Christchurch, kota yang sangat terdampak gempa bumi pada tahun 2011.

Di sana-sini masih terlihat pembangunan besar-besaran yang dilakukan untuk memperbaiki dampak gempa bumi tersebut. Dari desa kami masuk ke kota, mulailah kembali ada lampu merah, jalan-jalan yang besar, lalu lintas yang lumayan ramai, bahkan sedikit macet.

Christchurch adalah kota terbesar di Pulau Selatan serta merupakan kawasan urban terbesar di Selandia Baru setelah Auckland. Di sini terdapat bandara internasional, tempat kami akan menaiki pesawat menuju Sydney.

Kami masih punya waktu beberapa jam, karena itu kami memutuskan untuk mengunjungi Christchurch Botanical Garden, karena kota ini terkenal juga sebagai Garden City. Setelah itu kami sempat juga muter-muter kota berhubung bensin yang kami isikan ke mobil sewaan masih penuh, sementara sebentar lagi mobil sudah harus dikembalikan ke Omega Rental. Bensin di sini harganya 2,17 – 2,25 NZD per liter. Sekali ngisi biasanya sekitar 60 NZD, total perjalanan ini kami 9 kali mengisi bensin.

Kami didrop di airport pukul 21.30 bersama semua bawaan, lalu kedua teman kami mengembalikan mobil ke Omega dan menumpang bis ke airport. Sebelum ke airport kami masih sempat makan Fish and Chips di sebuah restoran yang dibuka oleh orang Korea. Selamat tinggal Middle Earth…

Beruntung di Sydney


Kami tiba di Sydney pukul 10 pagi, karena ada delay Jetstar Christchurch-Sydney. Pukul 11 kami check in di Bounce, hostel yang terletak tak jauh dari Central Station. Hari ini adalah hari Sabtu, suasana Sydney di pusat kota maupun kemudian di tempat-tempat wisata cukup ramai. Bagaikan orang yang baru datang dari desa, mata kami perlu penyesuaian dari tempat yang sepi ke tempat yang ramai.

Setelah menaruh barang, kami pun jalan ke Mainly Beach. Untuk mencapai Mainly Beach bisa naik ferry dari Circular Quay. Tarif ferry 14,80 AUD PP, lama perjalanan sekitar 30 menit. Hari ini kami beruntung karena sedang ada Food and Wine Festival di sana.

Malam itu keberuntungan kami berlanjut karena di pusat kota Sydney sedang digelar Vivid Sydney. Acara tahunan ini akan kembali digelar tanggal 22 Mei tahun ini. Foto di atas diambil dari vividsydney.com.

Sydney Opera House yang menjadi icon Sydney akan disulap menjadi teater pertunjukan lampu, dengan berbagai ide yang mentransformasikan bangunan tersebut menjadi berbeda dari bentuk aslinya.

Pertunjukan lampu dapat dinikmati di Circular Quay atau sekitarnya, yang ditembakkan pada gedung-gedung bertingkat di sana. Di seluruh pusat kota banyak sekali acara, pertunjukan seni, serta pameran seni rupa, sehingga malam itu seolah seluruh penduduk Sydney keluar semua. Tumpah-ruah. Sejak sore hari jalan-jalan utama telah ditutup untuk kendaraan, sehingga lautan manusia bebas berjalan di antara gedung-gedung perkantoran. Wow, kapan lagi bisa berjalan-jalan sambil foto-foto seenaknya di jalanan utama Sydney?

Keesokan harinya saya bangun pukul 7. Berbeda dengan di New Zealand, pukul 7 di sini sudah terang. Hari ini masih ada waktu untuk mengunjungi beberapa tempat destinasi populer di Sydney seperti Sydney Fish Market, Paddy Market, Bondi Beach, serta ke Darling Harbour. Ke Sydney Fish Market kami naik trem, harganya 6,2 AUD PP. Ke Bondi Beach naik bis no 333, tiket bis bisa dibeli di convenience store, harganya pada waktu itu 9,2 AUD. Di Bondi Beach jangan lupa mencoba deep fries Mars, coklat bar yang digoreng tepung seperti seafood. Dijualnya pun di toko seafood.

Bondi Beach di musim gugur agak sepi, walau ada juga beberapa group terlihat bermain di pantai. Coast guard atau penjaga pantai seperti yang ada di acara Bondi Rescue terlihat cukup santai, sehingga ketika kami naik ke sana, sempat mendapat kesempatan foto bersama, walau hanya diperkenankan sebentar saja. Tentu saja karena mereka harus selalu mengawasi pantai.

Dari sana kami menyempatkan diri mengunjungi Darling Harbour. Tidak bisa berlama-lama, karena setelah itu kami harus langsung bergegas menuju bandara. Tidak lupa mengambil titipan koper di Central Station, lalu naik kereta menuju bandara international Sydney. Hanya sekitar 10 menit, dengan tarif 16,40 AUD, tibalah kami di ujung perjalanan ini. Dan tanpa terasa pula, perjalanan pertama saya ke negeri Oceania, New Zealand dan Australia, akan segera berakhir. Sampai bertemu di perjalanan-perjalanan berikutnya!

(The end of Catper)



Comments

Popular Posts