Kereta TransSiberia Ulan Ude-Moscow


“Russia, with its fields, steppes, villages, and towns, bleached lime-white by the sun, flew past them wrapped in hot clouds of dust.”

Kutipan di atas saya ambil dari Dr Zhivago, Boris Pasternak, pada bagian yang mengisahkan perjalanan dengan kereta Trans Siberia. Kereta dari Moscow ke Vladivostok yang total menghabiskan waktu 8 hari ini memang historis bagi bangsa Rusia. Railway dibangun sejak tahun 1905, tidak ada yang ingat kehidupan sebelum ada kereta ini. Jalur kereta yang ceritanya dibangun dengan sangat costly ini telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Rusia.

Karena itulah taking train adalah sesuatu yang harus dicoba dalam perjalanan Anda ke Rusia. Jaringan railway di sini cukup mengagumkan, dengan daratan yang begitu luas, kita bisa naik kereta selama berhari-hari. Di negara kita mungkin paling lama semalaman, tidak sampai 24 jam. Kami mengambil rute dari Ulan Ude ke Moscow, yang total memakan waktu 4 hari. Untuk menghitung jumlah jam-nya saya agak bingung, karena ada perbedaan waktu. Dan pecahlah rekor baru bagi saya, yaitu naik kereta yang paling lama.

Dengan total jarak 5488 km, kereta Trans Siberia nomor 81 berangkat dari Ulan Ude dan berakhir di Moscow. Rute ini melewati danau Baikal, kota-kota penting seperti Irkutsk, Novosibirsk, Krasnoyarks, Omsk, Ekaterinsburg, dan sungai Volga yang merupakan sungai terpanjang di Eropa. Kereta ini juga melintasi dua benua, yaitu Eropa dan Asia. Di Ekaterinsburg terdapat sebuah tugu yang menjadi penanda batas benua Eropa dan Asia, tetapi kami tidak sempat melihat karena sedang malam/subuh pada saat kereta melintasi Ekaterinsburg.

Empat hari di kereta. Empat hari tanpa koneksi internet. Saya sendiri takjub bagaimana saya sebagai orang yang hidup di era internet yang serba cepat ini bisa “membuang” waktu 4 hari dalam perjalanan? Berbagai jurus anti bosan sudah dikeluarkan: baca, nonton, sampai selfie. Tidak ada colokan listrik di bangku/tempat tidur, jadi colokan di toilet jadi rebutan. Ada hikmahnya juga kami duduk di dekat toilet. “Gak ngapa-ngapain” selama 4 hari bagi orang “modern” seperti kita tentu sesuatu banget. Bagaimana kita melalui waktu, selain motret, baca, dan lain-lain di atas tadi? Waktu berjalan lambat, waktu adalah sesuatu yang relative, apalagi ini pakai acara ada perbedaan waktu pula, jadi agak confusing. Sebagai penumpang hingga tujuan terakhir, kita seperti anak di panti yang enggak diambil-ambil, satu per satu penumpang lain turun, serta ada penumpang baru yang naik, kita masih di situ-situ aja.

Saya suka analogi teman saya, kami merasa seperti anak di panti asuhan yang belum diambil-ambil juga.

Tetapi ada satu insight yang muncul di kepala saya waktu itu, yaitu bahwa we’re making progress. Perlahan tapi pasti, detik demi detik waktu berjalan seiring dengan kita semakin dekat pada tempat tujuan.

Satu per satu stasiun yang kami lewati, saya berusaha untuk mengabadikannya dalam foto. Dari hari ke hari saya mencatat apa yang bisa dicatat. Inilah yang bisa kubagikan pada kalian:

Diari seorang penumpang kereta Trans Siberia Ulan Ude-Moscow

12 Juni sore, tak lama setelah kereta berangkat dari Ulan Ude, kami melintasi danau Baikal. Banyak terlihat orang-orang berlibur di tepi danau, ada yang camping, mancing, dan bersepeda. Pemandangan dari jendela kereta ini terlihat seperti lukisan sebuah liburan di musim panas. Rumah-rumah pedesaan dari kayu yang cantik dengan kebun sayur di halamannya mempermanis pemandangan tersebut.
Pemandangan pedesaan Rusia

Sekitar pukul 01 malam kereta tiba di Irkutsk. Kami sudah tertidur pada saat itu, namun terbangun mendengar suara penumpang naik dan turun. Setiap kereta berhenti di stasiun toilet akan dikunci 30 menit sebelumnya hingga 30 menit setelahnya. Lama berhenti tergantung dari stasiunnya. Di stasiun besar seperti Irkutsk kereta berhenti lebih dari 30 menit.

Kami menempati gerbong yang tidak ada kompartemen, ini kelas tiga atau kelas dua, pokoknya yang paling murah. Di dalam gerbong ada sekitar 50-an bed. Di ujung satu terdapat satu samovar (teko besar berisi air panas, untuk membuat teh, kopi, atau pop mie) yang tak pernah kosong, dan kamar provodnista (satu gerbong satu provodnista, atau pramugari kereta). “Mbak” ini yang mengurusi semuanya. Setiap sore dia akan keluar untuk menyapu dan mengepel kereta. Setiap stasiun berhenti si mbak akan berdiri menyambut penumpang baru dan memeriksa data mereka, serta kemudian memastikan mereka duduk di tempat yang benar. Setiap penumpang yang baru naik akan diminta “membeli” paket berisi seprei dan sarung bantal seharga 127 rubel. Seprei dan sarung bantal ini dipasang sendiri oleh masing-masing penumpang, dan ketika turun penumpang juga membereskan sendiri serta menyerahkan kembali seprei dan sarung bantal kepada si mbak. Dengan demikian kebersihan kereta terjaga demikian pula kebersihan masing-masing tempat duduk penumpang. Penumpang juga bisa membeli teh, kopi, dan pop mie di kamar provodnista ini sewaktu-waktu ketika membutuhkan.

Jika di ujung satu ada samovar, di ujung lain setiap gerbong terdapat toilet dan tong sampah. Letaknya di ujung belakang gerbong, dekat tempat duduk paling belakang, nomor 30-an di mana kami berada. Di pagi hari saya suka duduk di kursi samping yang dekat jendela, kebetulan kursi ini kosong setelah bapak yang menempatinya telah turun di Irkutsk. Menikmati pemandangan setelah Irkutsk berupa padang-padang (steppe) dan pohon pinus. Membuat saya berpikir sepertinya kayu cukup memainkan peran penting dalam perekonomian Rusia.

Pukul 9-10 lalu lintas dekat toilet mulai padat. Banyak yang baru bangun dan hendak ke toilet untuk cuci muka, sikat gigi dan urusan lain. Setelah itu pada sibuk mengeluarkan bekal masing-masing. Ada juga yang bekalnya cukup mewah, roti dan daging, buah dan sayur, serta cangkir keramik dan taplak meja sehingga terlihat seperti piknik yang serius. Setelah beres makan masing-masing sibuk mengeluarkan jurus anti bosan, ada yang mengisi TTS, baca buku, bengong, bermain kartu, sibuk dengan handphone, dan ada juga yang kembali tidur.

Setiap siang provodnista akan menyapu dan mengepel lantai kereta
Gerbong yang sangat panjang seolah tak habis-habis

Pukul 12 mbak provodnista keluar menyapu dan kemudian mengepel lantai kereta. Sekitar pukul 15 kereta behenti sekitar 15 menit di sebuah stasiun yang saya lupa namanya. Pemberhentian seperti ini akan ada setiap hari, kesempatan bagi penumpang untuk nyetok makanan seperti pop mie, minuman kalengan, roti, dll. Ada juga penjual makanan-makanan lokal seperti ayam, kentang, dan roti. Saya juga sempat ke gerbong restorasi yang jaraknya cukup jauh dari gerbong kami, melewati lebih dari 5 gerbong. Terasa jauh karena gerbong-gerbong yang kami lalui sangat padat penumpangnya, serta ruang antara satu gerbong dengan gerbong yang lain gelap serta pintunya agak keras. Mungkin karena itu tidak banyak yang jalan-jalan lintas gerbong maupun ke gerbong restorasi. Ketika makan di restorasi kami hanya sendiri. Menunya pun tidak banyak, semuanya dengan bahasa Rusia, petugas pun tidak bisa Bahasa Inggris, akhirnya kami menggunakan bahasa gambar untuk melukiskan yang kami mau. Karena jarang yang mengunjungi restorasi, pelayan restorasi akan berkeliling dengan dagangannya ke setiap gerbong dua kali dalam sehari.

Pukul 19 kereta tiba di Krasnoyarks. Salah seorang teman kami turun di sini, karena dia hendak melanjutkan trip ke Mount Elbrus dan tidak tahan kelamaan di kereta. Tinggallah kami bertiga di dalam sisa perjalanan yang masih panjang. Seorang teman kecil kami juga turun di sini. Seorang anak Rusia bernama Jiman yang jadi “mainan” kami menghabiskan waktu di kereta. Dia bocah yang lucu dengan mata bulat berwarna biru, yang menyukai biscuit pretzel dan tidak menyukai kacang. Jiman bepergian dengan neneknya yang pendiam dan tampak tak berminat bertegur sapa dengan orang-orang asing yang tak mengerti bahasa mereka. Malam itu kami ngobrol-ngobrol sebelum tidur, dan tak terasa satu hari pun telah berlalu di kereta.

14 Juni, jam 8 pagi, saya terbangun karena kereta berhenti. Ternyata kami telah tiba di Novosibirsk, kota terbesar di Siberia, dan merupakan kota ketiga terbesar Rusia setelah Moscow dan St Petersburg. Di sini berhenti sekitar 30 menit, lumayan bisa keluar foto-foto di stasiunnya saja. Suhu di sini 16 derajat Celcius, terbaca dari papan digital yang memberikan informasi suhu. Dari Novosibirsk ke Moscow masih 3000-an km jaraknya. Ketika melewati stasiun-stasiun kecil mulai ada stasiun yang diberi nama jarak dari Moscow, misalnya ada stasiun bernama 3307 km.

Pukul 17 kereta tiba di Omsk, ini juga salah satu kota yang cukup penting di Siberia. Ibu-ibu yang duduk di sebelah kami turun di sini. Dia seorang ibu-ibu yang bepergian sendiri, dari Ulan Ude ke Omsk. Orangnya ramah dan sangat rapih, terlihat dari caranya menyusun tempat tidur dan ketika makan. Dia tidak banyak berbicara, kebanyakan terlihat bengong memandang pemandangan dari jendela, sehingga teman kami merasa tergerak untuk menghibur kesepiannya dan mengajak berkomunikasi seadanya.

Di Omsk ini banyak penumpang baru yang naik, sehingga kereta menjadi penuh. Termasuk dua orang cewek cantik yang duduk di tempat yang ditinggalkan si ibu-ibu tadi. Yang satu di bed bawah, yang satu di atas. Keduanya berambut panjang dan tinggi semampai, ditambah mengenakan high heels. Dandanan juga serius, beda dengan penumpang-penumpang lain. Membuat kami berpikir jangan-jangan mereka salah gerbong, cantik dan wangi begini mengapa tidak naik yang kompartemen? Kami pun membuat teori tentang siapa mereka, misalnya lagi mau ikutan casting, dll, maklumlah orang-orang kurang kerjaan. Dan mumpung tak ada yang mengerti bahasa kita, kesempatan buat mengomentari orang-orang.

Pukul 00:20, jam di HP saya, kereta tiba di Tiomeh. Kedua cewek cantik turun di sini, ternyata perjalanan mereka sangat singkat. Waktu itu langit belum gelap-gelap juga, ternyata jam lokal baru 22:20. Dimulailah perbedaan waktu yang mulai terasa. Walaupun seharusnya sudah saatnya tidur, tetapi langit tak kunjung gelap, sehingga kami sulit tidur. Jam di HP saya ubah ke waktu Tiomeh.

Para pedagang yang menjajakan makanan dll kepada penumpang kereta pada stasiun pemberhentian

15 Juni pukul 08.30 kereta berhenti di stasiun Krasnofimsk. Sepertinya kami baru saja lewat pegunungan karena banyak masuk terowongan dan pemandangannya bagus, seperti bukit-bukit di Swiss. Ketika saya cek di daftar pemberhentian kereta yang tertempel di pintu kamar provodnista, ternyata kami telah melewati Ekaterinsburg pada waktu subuh tadi, atau pukul 00:49 waktu Moscow. Tak heran semua informasi waktu dalam perkeretaapian di sini menggunakan waktu Moscow, daripada ribet. Saya pun harus mengubah jam di HP saya menjadi waktu Moscow. Setelah pemberhentian di Krasnofimk ini mulai terasa kereta jalannya ngebut, sehingga sulit untuk membaca.

Pada saat ini kami sudah merasa sangat bosan dan bersyukur besok kami akan tiba di Moscow. Rasa kangen tak tertahankan pada kamar mandi dan koneksi internet. Saya mulai bermimpi yang aneh mungkin karena rasa cemas karena kehilanggan koneksi dengan dunia. Kalau lama tidak terkonek saya kadang merasa cemas berlebihan seolah ingin memastikan semuanya baik-baik saja.

Sore itu sekitar pukul 16 naiklah segerombolan laki-laki yang terlihat seperti baru selesai latihan sepak bola. Mereka naik dari sebuah stasiun yang cukup besar dan modern yang ternyata adalah Kazan. Begitu duduk di tempat masing-masing mereka pun langsung membuka baju dan hanya mengenakan celana pendek. Setelah itu mereka masing-masing mengeluarkan makanan dari tas bekal mereka. Teritori kami pun terinvasi oleh sekitar 12 orang laki-laki bertubuh besar yang berkeringat seperti sehabis berolahraga, dan kereta pun terasa pengap.

Mereka tampak seperti atlet sepakbola atau buruh pabrik yang baru selesai bekerja. Karena kami berada di dekat mereka, mereka pun mencoba berkomunikasi. Dengan bahasa Inggris seadanya kami kemudian mengetahui nama-nama mereka, seperti: Victor, Dmitri, Sasha, dan Timur. Hampir semua terlihat ramah dan mencoba berkenalan dengan kami, tetapi tak lama kemudian ternyata mereka mengeluarkan vodka dan mulai minum. Padahal hal itu dilarang di kereta dan berkali-kali telah diperingatkan oleh petugas kereta. Kami pun kemudian menjaga jarak. Ternyata mereka adalah para pekerja offshore mining yang ditugaskan ke Moscow.

Keesokan paginya kami tiba di Moscow pukul 04.42 sesuai dengan jadwal. Pagi hari cowok-cowok ini telah sober dan lebih behave daripada semalam. Semalam ada yang minum vodka banyak sekali hingga mabuk dan muntah. Syukurlah tidak ada kejadian yang parah atau merugikan padahal penumpang-penumpang kereta yang lain tampak mulai was-was memperhatikan rombongan ini. Biar bagaimana pun kehadiran mereka telah menambah cerita dalam perjalanan panjang kami dari Ulan Ude menuju Moscow.

Baca juga: 



Comments

  1. ternyata rusia masih asri ya, wah indonesia malah kelihatan menjadi negara bising dan padat. padahal sebelum membaca artikel ini saya mikirnya indonesia yang kondisi alamnya terbaik karena negara yang agak tertinggal dibandingkan rusia atau eropa.

    ReplyDelete
  2. Keren.......mba
    Kisaran harga tiket kereta yang mba naikin berapa ya kalau di rupiahin. Ada ke inginan saya naik kereta legrndaris ini dari moskow sampai ke ujung paling timur nya

    ReplyDelete
  3. Halo Andi, untung saya masih simpan catatannya. Tiket kereta Ulan Ude-Moscow sekitar 1,8 juta per orangnya. Thanks !

    ReplyDelete
  4. Otak saya langsung ke gambaran rumahnya Masha and The Bear yang berada di pinggir hutan dan dekat rel kereta api.. hehehe
    ceritanya sngat menarik mbak, salam kenal.

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  6. sungguh pemandangan yang sangat asri....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts