Taste of Asia di Ulan Ude

Pemandangan Ulan Ude dari Rinpoche Bagsha Datsan

Ulan Ude adalah kota yang menarik. Selain Irkutsk, kota ini juga merupakan salah satu pemberhentian Trans Siberia yang populer di daerah Baikal. Merupakan ibu kota wilayah Buryatia, Ulan Ude adalah pusat industri dan komersial yang penting di Siberia Timur. Kedekatannya dengan Mongolia memberi kota ini nuansa yang sangat Asia, serta sebagian besar penduduknya adalah suku Buryat. Di kota ini juga mudah ditemukan tempat beribadah agama Budha Tibetan.

Pagi tanggal 12 juni 2015 di Ulan Ude Traveler House, kami mendengar lagu-lagu seperti lagu perjuangan bernuansa komunis yang seolah mengingatkan kami sedang berada di Rusia. Hostel kami memang dekat dengan alun-alun yang ada patung kepala Lenin itu. Rupanya di sana sedang ada acara, dan lagu-lagunya terdengar dari kamar kami. Kami baru tahu kemudian bahwa hari itu adalah hari libur nasional.

Kami pun buru-buru bersiap-siap untuk pergi ke alun-alun itu. Di sana sedang ada acara semacam pemberian penghargaan dan banyak yang mengenakan pakaian tradisional. Kesempatan yang baik untuk foto-foto. Tak jauh dari alun-alun itu ada pedestrian street yang mirip Arbat street di Moscow di mana terdapat banyak café, pertokoan, maupun seniman jalanan. Dari sini juga cukup convenient untuk naik bis ke tempat-tempat wisata seperti Rinpoche Bagsha Datsan dan Etnographic Museum. Untuk makan dan berbelanja pun sangat convenient, inilah yang menjadikan kota ini menyenangkan, selain penduduknya ramah serta tidak sulit mendapatkan makanan Asia seperti nasi.

Di Ulan Ude jangan lupa mencoba makanan khas di sini, namanya Buza. Semacam dumpling, tetapi ukurannya lebih besar dari rata-rata xiao long bao, isinya lebih banyak serta kulit pembungkusnya lebih tebal. Rasanya, bagi saya, tidak seenak xiao long bao, tetapi cukup menghibur daripada makan roti terus.

Acara di Alun-Alun Lenin Head

Melanjutkan cerita sebelumnya, sesuai dengan rencana, dari Irkutsk kami naik kereta ke Ulan Ude. Kereta ini juga sudah dibeli sebelumnya dan berangkat pada malam hari. Sepertinya tidur di kereta sudah menjadi hal yang biasa bagi kami, walaupun kereta Irkutsk-Ulan Ude ini berbeda dengan yang lain, karena tidak ada bed, tetapi hanya tempat duduk biasa (kami memilih kelas yang paling murah, yaitu sitting). Untung bisa tidur juga, dan saya bersyukur sejauh ini semua berjalan sesuai dengan rencana.

Tempat wisata yang saya kunjungi adalah kedua yang saya sebutkan di atas. Tidak terlalu istimewa sih, di Rinpoche (yang merupakan temple Tibetan Buddhism) kita bisa melihat view panorama kota Ulan Ude dari atas. Di Etnographic Museum ada gereja Kristen orthodox tua yang unik. Letak keduanya tidak jauh dari pusat kota, dari alun-alun Lenin tinggal naik bus nomor 97 ke Rinpoche, dan nomor 37 untuk ke Etnographic Museum. Saya paling enjoy jalan-jalan di Arbat Street itu, sambil mencari jajanan. Tak jauh dari sini (within walking distance) jangan lupa mengunjungi Odigitrievsky Cathedral, gereja Kristen Ortodhox yang bersejarah dan juga masih digunakan sebagai tempat beribadah. Di sekitar gereja ini banyak rumah-rumah tradisional tua yang terbuat dari kayu.

Di hostel kami berkenalan dengan beberapa pejalan lain, ada yang dari Korea, Perancis, Italia, dan Hong Kong. Banyak yang singgah di Ulan Ude, untuk kemudian masuk ke Mongolia (orang Korea bebas visa ke Mongolia). Bagi kami, Ulan Ude adalah titik terjauh yang kami capai dari Moscow dalam rangkaian Trans Siberia. Setelah ini, saatnya naik kereta empat hari dari Ulan-Ude ke Moscow yang akan menjadi pengalaman once in a lifetime journey with Trans Siberia.

Kami diantar ke stasiun kereta oleh taksi Yandex (semacam Uber), seorang opa-opa dengan Toyota Corolla. Setelah menurunkan koper-koper kami sang opa melambaikan tangan melepas kepergian kami. Rasanya seperti diantar ke stasiun oleh opa sendiri.

Baca juga:






Comments

Popular Posts