Pesona Penang Street Art

The Indian Boatman karya Julia Volchkova di Steward Lane.


Dua tahun lalu (2014) pelukis Rusia Julia Volchkova datang dari St Petersburg ke Pulau Penang Malaysia dalam rangka mempercantik kota George Town yang baru memperoleh status World Heritage Site dari UNESCO pada tahun 2008. Banyak yang dilakukan pemerintah kota pada waktu itu, dan boleh dibilang cukup berhasil membuat George Town semakin menarik untuk dikunjungi. Sebelumnya, pelukis Ernest Zacharevic dari Lithuania pada tahun 2012 telah membuat beberapa lukisan di dinding yang kemudian menjadi maskot atau icon yang didatangi turis-turis dan menjadi obyek foto yang menarik.

Maka kini semakin banyak alasan untuk mengunjungi Penang. Banyak orang Indonesia datang ke pulau ini untuk berobat atau check up. Ada pula yang datang untuk wisata kuliner. Pada kunjungan saya kemarin ini, saya sangat tertarik untuk memburu mural-mural yang cantik, menurut saya ide seni jalanan ini sangat hebat dan sempurna untuk menambahkan daya tarik sebuah tempat wisata.

Dari Ipoh ke Penang kami tempuh dengan menggunakan bus (cukup banyak pilihan bus ke Penang dari Terminal Amanjaya Ipoh). Kami memilih yang langsung berangkat. Harga tiket bus 20 Ringgit, nama bus Era Mesra Ekspress. Tujuan: Terminal Sungai Nibong di Pulau Pinang.  (banyak bus yang hanya sampai Butterworth/tidak nyebrang pulau).

Kami tiba di terminal Sungai Nibong pukul 18.00. Di sana ada antrian taksi, tapi begitu tanya fee-nya, wow, mahal banget. Dari terminal ke hotel kami di Lebuh Chulia (jalan Chulia) 35 RM. Maka kami pun coba membuka aplikasi Uber.. dan ternyata.. ada! (Di Ipoh kami mencoba Uber dan Grab tapi tidak bisa, entah karena koneksi atau memang tidak ada layanan di sana). Naik Uber ke hotel hanya 12 RM.

Setelah check in di Chulia Heritage Hotel kami pun keluar mencari makan malam. Untunglah di dekat sini ada sebuah resto dimsum yang sangat terkenal, yaitu Ta Tong. Ramainya bukan main, beruntung dapat tempat duduk. Dim sum nya memang enak, dan harga tidak terlalu mahal. Kita langsung pesan dari kereta dorong yang membawa pilihan dimsum, lalu ditulis dalam sebuah kartu yang nantinya akan dibawa ke kasir untuk membayar, setelah selesai makan. Oya di Penang ini ada pajak yang dikenakan pada tamu hotel yaitu per kamar per malam 2 RM.

Minum Kopi Hutan di Penang Hill

Keesokan harinya kami menuju Penang Hill. Dari hotel (di Lebuh Chulia) naik bus ke Komtar. Tiket bus jauh dekat 1,4 RM. Dari Komtar ada bus yang langsung sampai Penang Hill, yaitu nomor 204. Harga tiket 2 RM.
Sesampai di Penang Hill kita harus membeli tiket trem untuk naik ke atas. Harga untuk orang asing adalah 30 RM pp. Tidak ada apa-apa di sini, hanya berada di atas bukit dan bisa melihat pemandangan kota Penang dari atas. Dari sini juga terlihat Penang Bridge yang menghubungkan Pulau Penang dengan daratan Malaysia. Di sini ada sebuah taman cinta tempat orang-orang mengikatkan janji setia dalam bentuk gembok-gembok yang ditautkan di sini, serta beberapa restoran. Kami pun naik kereta golf (per kereta 30 RM) untuk naik lagi mengelilingi Penang Hill.

Di ujung perjalanan kereta golf yang berjarak 2 KM itu ada sebuah cafe bernama Kopi Hutan. Di sebelahnya ada Monkey Cup, sebuah hutan kecil tempat melihat berbagai jenis tanaman kantong semar. Cukup menarik, karena itu kami mampir di sini. Kami hanya ngopi-ngopi saja di tengah suasana hutan, tidak masuk Monkey Cup karena harus bayar tiket 12 RM. Customer dari cafe ini akan dapat fasilitas transportasi gratis turun kembali ke taman (tempat naik kereta golf).





Setelah ngopi dan foto-foto, kami pun turun dan meninggalkan Penang Hill. Dari sini naik bus 204 lagi sampai ujung, yaitu sampai pelabuhan/jeti. Dari tempat turun bus, kita tinggal jalan kaki saja menuju Clan Jetty, atau Chow Jetty, sebuah desa terapung yang konon sudah ratusan tahun menjadi tempat tinggal imigran China yang datang sejak dulu. Kini telah menjadi tempat wisata, salah satu heritage trail, dan di sini cukup banyak orang berjualan, makanan maupun souvenir.

Armenian Street is a must visit!

Dari Clan Jetty kita tinggal menyeberang saja dan langsung masuk ke ujung jalan Armenian. Ini mungkin adalah jalan paling penting, karena di sini boleh dibilang paling banyak terdapat mural yang bagus-bagus. Bila Anda hanya punya sedikit waktu di Penang, saya malah sarankan Anda datang ke Lebuh Armenian ini.
Jangan khawatir, ketika tiba di sana, banyak peta pariwisata yang bisa diambil di hotel atau di cafe. Pada sebagian besar peta ini terdapat peta lokasi mural-mural yang terkenal. Anda bisa memulai pencarian dari Lebuh Armenian, lalu lanjut ke Lebuh Ah Quee, dan sekitarnya. Saya senang menemukan cukup banyak mural yang bagus-bagus, sebagian besar dari mural ini pasti ramai juga dikunjungi pengunjung yang lain sehingga kita harus sedikit mengantri untuk berfoto.

Sayangnya, masih ada satu mural (foto pembuka tulisan di atas) yang merupakan karya Julia Volchkova yang belum saya temukan. Keesokan paginya saya menemukan peta lain yang menunjukkan bahwa Steward Lane (lorong Steward) berada di Little India, tak jauh dari hotel kami. Saya telah mencari info sebelumnya bahwa lukisan Old Indian di atas berada di Steward Lane, namun tidak menemukan di mana lorong kecil tersebut.

Boy on Chair di Lebuh Armenian. Ditambahkan faktor kekinian PokeBall dan PokeStop.
 
Kids on Bicycle di Lebuh Armenian

Beberapa Anak berfoto bersama lukisan Skippy, the giant Cat, also at Lebuh Armenian.

Old Motorcycle at Lebuh Ah Quee

I don't know if this considered art, but I like it. Minion and the Hindrance at Lebuh Ah Quee.

Brother and Sister on a Swing, Lebuh Chulia.

Children Playing Basketball, Lebuh Chulia

This kind of street art from wrought iron is easy to find, to mark each of the street name. This one Lebuh China.


My favourite biking routes in Penang

Keesokan paginya, pagi-pagi sekali saya telah mengambil sepeda (fasilitas meminjam sepeda gratis dari hotel Chulia Heritage) dan menempuh rute ini, yang menjadi rute favorit saya karena jalur yang dilewati asyik-asyik. 

Dari hotel (Lebuh Chulia) kita menuju Love Lane, menyusuri Love Lane yang eksotis dengan bangunan-bangunan lama, hotel-hotel backpacker, sampai ujung bertemu jalan Farquhar, dari sini menuju taman Esplanade yang berada di pinggir pantai. Kemudian menuju Lebuh Pantai yang megah dengan bangunan-bangunan bergaya Eropa yang mostly merupakan bank, dan kemudian belok masuk ke Little India. Dari sini carilah jalan menuju Steward Lane. Di sinilah saya bertemu lukisan yang saya cari-cari di lorong yang sepi. Seru!


Banyak sepeda tersedia di Chulia Heritage Hotel, tak perlu takut tidak kebagian.
Ujung jalan Love Lane dari Lebuh Chulia. Perhatikan di dinding kanan ada Street Art dari Besi Tempa berjudul Cheating Husband. Diceritakan dulu orang-orang kaya "menyimpan" simpanannya di sini yang kemudian dinamai Ai Ching Hang atau Love Lane.


Wisata Kuliner Penang

Kunjungan ke Penang tentu saja tidak lengkap tanpa mencicipi beberapa kuliner yang terkenal dari sini, seperti Char Kue tiau, Asam Laksa, Mie Udang Hokkian, Cendol Teo Ciu, dan Tart Portugis (di Ming Xiang Tai di Lebuh Armenian).

Untuk Char kue tiau kami pergi ke Food Court Bee Hooi di Jalan Burma 415. Sepiring char kue tiau harga 7 RM, dimasak oleh encek yang sudah tua dengan menggunakan kompor arang, cukup menarik. Untuk Asam Laksa dan Mie Udang Hokkian kami makan di food court di depan Clan Jetty, harga masing-masing 5 RM. Cendol Teo Ciu yang terkenal bisa ditemui di Perangin Mall (Sebelah Komtar), karena cuaca sangat panas, kami pilih “ngadem” di dalam mall pada waktu itu, dan tidak pergi ke toko aslinya.

Semua makanan di sini enak-enak dan murah. Kecuali di Hameediyah, restoran nasi kandar yang terkenal. Saya tidak tahu apakah di sini memang mahal, atau karena saya turis dan tampang agak berbeda dengan pengunjung-pengunjung lain? Sepiring nasi kuning dengan udang dan beef dihargai 28,5 RM. Mahal sekali karena makanan-makanan lain yang kami makan mostly di bawah 10 RM (makanan saja, tidak termasuk minuman). Di sini modelnya kita memilih nasi dan lauk yang kita mau, lalu ditotal oleh petugasnya. Yah, tapi gak papa lah, setidaknya sudah mencoba nasi kandar yang terkenal di Penang dan sudah ada sejak 1907. Rasanya? Yah, masih enakan Restoran Padang kita sih..

Pengalaman kecil ini menutup kunjungan saya di Penang dan walaupun sempat kesal, hal ini tidak mengurangi kesan saya terhadap Penang secara umum. Saya suka Penang karena street art-nya, kota warisan budaya Georgetown yang menyenangkan, dan makanannya, semua memberi pengalaman yang refreshing walaupun hanya kunjungan singkat.


Comments

Popular Posts