Catper Timor Overland Juni 2023 Day 1: Jakarta – Kupang – Soe

Akhirnya saya berkesempatan mengunjungi propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sejak dulu masuk wish list. Terdapat beberapa pulau yang keindahannya amat tersohor sehingga lebih populer, sebut saja Pulau Flores, Pulau Komodo, dan Pulau Sumba, namun kali ini saya berkesempatan mengikuti trip ke Pulau Timor, NTT. Pulau Timor terbagi menjadi Timor Timur (negara Timor Leste) dan Timor Barat (propinsi NTT Indonesia). 


Kebetulan dari MyTrip mengadakan Open Trip Timor Overland, dan pas saya baca itinerary-nya, saya sangat tertarik. Beberapa tempat yang disebutkan dalam itinerary, ketika saya google, hasilnya masih jarang, dan justru itu yang membuat saya semakin tertarik. Terlebih karena saya menyukai road trip, prospek untuk menyusuri pulau Timor dari Kupang hingga Atambua (sekitar 270 km) sangat menarik bagi saya. Terbayang akan melewati kota-kota kecil, suasana perdesaan sepanjang jalan, serta perbukitan karena Pulau Timor memiliki banyak bukit, sehingga pastinya akan menyajikan view yang indah di sepanjang jalan. Dalam trip ini selain akan singgah ke beberapa kota terbesar di pulau Timor, yakni Kupang, Soe, Kefamenanu, dan Atambua, juga mengunjungi beberapa PLBN (Pos Lintas Batas Negara). 


Dari Jakarta kami terbang ke Kupang. Terdapat penerbangan langsung Jakarta-Kupang, kebetulan kami memilih Batik Air yang berangkat pukul 02.00 pagi dari Jakarta dan tiba pukul 06.05 di Kupang. Terdapat perbedaan waktu 1 jam antara Jakarta dan Kupang, lama perjalanan di pesawat sekitar 3 jam. Mengingat jam tersebut adalah waktu tidur, saya bersyukur karena bisa tidur dalam penerbangan ini, thanks to Antimo. 


Ketika pesawat mendarat, badan terasa segar karena sempat tidur walau hanya sekitar 1 atau 2 jam. Kami dijemput oleh Nuno dan team, dengan 3 mobil Innova hitam yang siap memuat kami ber-13, di Bandara El Tari Kupang. Hari masih pagi, kami diantar ke sebuah warung untuk sarapan nasi kuning. 


Setelah sarapan, kami pun siap menuju objek wisata sesuai yang tertulis dalam itinerary. Hari ini kita akan mengunjungi air terjun Oenesu, Rumah Sasando, Bendungan Raknamo, dan perjalanan menuju kota Soe. 


Air Terjun Oenesu


Dikutip dari situs pariwisata kabupaten Kupang, obyek wisata Air Terjun Oenesu terletak di Desa Oenesu Kecamatan Kupang Barat, dengan jarak tempuh ± 20 Km dari Kota Kupang atau 56 Km dari Ibukota Kabupaten Kupang di Oelamasi. Untuk sampai ke lokasi ini bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, akses jalan menuju lokasi ini sudah baik.



Djitron Pah, Sang Entertainer


Dari Air Terjun Oenesu kami menuju rumah kerajinan Sasando, masih di Kupang. Sasando adalah salah satu alat musik tradisional dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan alat musik berdawai dan dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari. Keunikan sasando adalah menggunakan daun lontar sebagai resonator. 




Kami disambut oleh Djitron Pah, salah seorang generasi penerus dari keluarga besar Pah, seniman dan pembuat sasando asal Pulau Rote. Saya sangat terkesan dengan kemampuan entertain dari Djitron. Rupanya pemuda ini sudah sering pentas di mana-mana, bukan hanya di Indonesia, tapi juga manca negara. Katanya, kalau hanya pentas memainkan musik sasando saja, maka pasti reaksinya juga biasa-biasa saja. 


Djitron memulai pertunjukannya dengan cerita. Dari awal sasando dalam bentuk yang paling sederhana, lalu semakin dimodifikasi hingga semakin memenuhi selera modern. Cerita tentang bagaimana ayahnya menemukan kekuatan daun lontar yang bisa dibuka dan ditutup, yang tidak bisa ditemukan pada alat musik lain. Kemampuan story telling-nya mengagumkan, serta diselingi banyak candaan sehingga sangat menghibur penonton. 


Apalagi ketika ia mulai memainkan lagu-lagu Top 40 yang lagi hits dengan sound system masa kini. Kami semua terhibur dan sibuk menebak-nebak lagu yang dimainkan karena dalam bentuk instrumental sehingga agak beda dari aslinya. Terima kasih Djitron atas permainan musiknya dan juga inspirasi tentang story telling-nya.


Embung Kecil Oepuah dan Bendungan Raknamo  


Dari rumah Sasando Djitron Pah perjalanan dilanjutkan menuju Bendungan Raknamo. Dalam perjalanan ke sini, ada yang menarik yaitu toko-toko yang menjajakan kue cucur di pinggir jalan. Para penyuka kue lantas berteriak hendak mampir, walaupun sudah tanggung, sebentar lagi makan siang. Di sini ada kue cucur (yang terkenal di sini), klepon, pisang goreng, dan macam-macam kue khas tradisional. Sangat disayangkan karena tidak ada temannya yaitu kopi. Ada sebuah warung kopi dekat dari sana, tapi kami tidak berkesempatan mampir. 



Karena sudah tiba jam makan siang, setelah itu kami singgah di sebuah danau kecil yang cantik. Salah satu hal yang saya sukai dalam trip dengan MyTrip ini, meskipun dikasih makan nasi box untuk lunch, tapi mostly di tempat-tempat dengan view yang indah sehingga membuat pengalaman makan siang jadi memorable. 






Kami baru tau kemudian nama danau kecil itu adalah Embung Kecil Oepuah. Langit sangat biru ketika saya foto, kebetulan waktu itu seorang teman meminta foto langit di Pulau Timor yang birunya membuat kami terpesona tadi di sepanjang jalan. Terdapat pohon kayu putih (eucalyptus) yang batangnya putih mulus, di pinggir danau ini. Lalu datanglah segerombolan sapi ternak yang hendak minum rame-rame di danau, yang sontak membuat kami para pengunjung dari Jakarta yang norak kegirangan. 


Setelah makan kami mampir ke Bendungan Raknamo yang belum lama ini diresmikan oleh Presiden Jokowi. Setelah foto-foto dengan berbagai pose, perjalanan pun dilanjukan menuju kota Soe. 


Perjalanan Kupang – Soe


Jarak tempuh kota Kupang ke Soe totalnya sekitar 109 km. Kita akan melewati Jembatan Noelmina yang menjadi penanda batas antara kabupaten Kupang dengan kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Rombongan kami sempat mampir dan foto-foto di jembatan yang megah ini. 


Ketika sore tiba sekitar pukul 17.00 kami mampir untuk ngupi-ngupi di sebuah tempat yang disebut Puncak Benlutu. Akhirnya, yang tadi makan kue-kue sekitar jam 12 baru ketemu kopi jam 17. Tapi karena udah kesorean, kebanyakan dari kami tidak ngopi, tapi hanya minum teh. Selain warung-warung kopi dengan view indah (yang anehnya jendelanya pada ditutup pada saat kami datang), di belakang warung-warung ini ada sebuah photo spot yang instagrammable. Tempat yang luar biasa untuk mengagumi sunset. 




Kami tiba di kota Soe sekitar pukul 18.00-an. Dari Puncak Benlutu hanya sekitar 30 menit, sudah tiba di Soe. Malam ini kami akan menginap di hotel Bahagia Dua. Di depan hotel terdapat beberapa rumah makan yang menyediakan macam-macam menu. Kami mampir makan malam dulu sebelum check in, di sebuah rumah makan berjudul Zoe Kitchen. Saya pesan nasi campur, yang terdiri dari daging babi serta sayuran bunga pepaya. 


Kota Soe adalah kota yang menarik. Ibukota dari kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) ini sering disebut The Freezing City atau kota dingin. Begitu tiba di sini memang langsung terasa berbeda. Udara sangat sejuk, bisa kediginan bagi yang kurang tidur semalam. Pada siang hari di bawah sinar matahari yang terik, kamu bisa melihat orang-orang mengenakan jaket. 


(bersambung)


Tulisan berikutnya:


Catper Timor Overland Juni 2023 Day 2: Fatu Ulan, Desa Boti, Soe



Comments

Post a Comment

Popular Posts