Catper Timor Overland Juni 2023 Day 4: Kefamenanu, Gereja Del Piero, Desa Tualeu, PLBN Napan

Hari keempat, saatnya berpisah dengan kota Soe yang sejuk. Setelah ini, tidak diperlukan lagi baju hangat dan jaket. Mobil 4WD juga tidak digunakan lagi. Pagi ini pukul 08.00 kami sudah ditunggu tiga mobil Innova hitam seperti di hari pertama, siap mengantar kami ke destinasi berikutnya, kota Kefamenanu. 


Kota Kefamenanu adalah ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), berjarak sekitar 85 km dari kota Soe yang merupakan ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Destinasi pertama yang kami tuju di kota ini adalah sebuah gereja ikonik yang sering disebut Gereja Del Piero. 


Dari kemarin, Nuno, guide sekaligus driver kami sering mengatakan, “Sayang sudah tidak musim alpukat lagi. Kalau lagi musim di sini banyak yang menjual alpukat.” Kami sangat tertarik karena dengar-dengar alpukat di sini sangat enak. Eh pas saya melongok ke luar jendela saya melihat buah hijau-hijau itu di antara buah lain. “Lho itu bukannya alpukat?” Langsung mobil kami pun berhenti dan mampir membeli alpukat. Walaupun sudah tidak musim, ternyata masih ada sisa yang bisa kita beli. Alpukat ini baru dua hari kemudian matang dan dapat kami cicipi. Rasanya benar-benar enak, recommended.


Gereja Santo Antonius Padua Sasi alias Gereja Del Piero


Sekitar jam 11 kami tiba di Gereja Santo Antonius Padua Sasi. Ternyata legenda sepakbola Italia Alessandro Del Piero, memiliki jejak di kota ini. Walaupun ia sendiri belum sempat datang mengunjungi gereja ini, namun namanya sudah mendahului dirinya. Gereja ikonik dengan susunan batu alam berwarna merah ini sering disebut Gereja Del Piero karena dibangun atas donasi dari pemain sepakbola Italia tersebut. Cerita lengkapnya bisa dibaca di website MyTrip. Singkatnya, pastor paroki yang mendirikan gereja ini pada tahun 2003 rupanya adalah paman dari Del Piero.


Suasana Gereja Santo Antonius Padua Sasi Kefamenanu yang dikenal dengan Gereja Del Piero di suatu Sabtu siang. Tampak anak sekolah berseragam Pramuka. 



Kebetulan kami berkunjung ke sini pada hari Sabtu siang, anak-anak dari sekolah Katolik di sebelah gereja mengenakan seragam Pramuka. Mereka baru pulang sekolah dan masih main di area gereja. Mereka sangat ramah dan sopan. Salah satu anak menyapa saya, “Selamat siang,” katanya. Saya pun membalas “Selamat Siang” dengan gembira. Tak menyangka akan disapa seorang anak kecil di tempat kita berkunjung. Lalu saya tanya siapa namanya. “Nesya,” jawabnya. Wah kok mirip namanya sama saya…. Suatu kebetulan yang menyenangkan.  


Nesya dan teman-temannya sedang menuju ruang adorasi untuk berdoa. Saya terpesona dengan anak-anak di sini yang berdoa dulu sebelum pulang ke rumah mereka masing-masing sepulang sekolah.


Dari Gereja Del Piero kami menuju pusat kota Kefamenanu dan makan siang di sebuah restoran halal bernama Juragan Sambel.


Desa Tualeu, Kefamenanu


Setelah makan siang, kami diajak ke Desa Tualeu. Ternyata ini adalah kampungnya Nuno, guide kami. Di sini kami bertemu orang tua Nuno, keluarganya, serta para tetangga-tetangganya. Desa ini cukup unik dimana para mama-mama sebagian besar adalah penenun kain khas Timor Tengah Utara. Ketika kami datang, para tetangga Nuno pun menjajakan kain-kain tenun di depan rumah Nuno. Setelah mendapat penjelasan dari Nuno tentang kain khas Timor, kami pun melihat-lihat kain-kain tenun yang digantungkan di atas tali di antara pohon-pohon. Kain tenun asli langsung dari pengrajin ini bila dipegang terasa halus dan berat karena dibuat dari benang yang langsung dibuat dari kapas.  


Di desa ini juga ada rumah-rumah yang membuat sopi, minuman tuak yang terbuat dari lontar. Dari kemarin-kemarin sudah sering mendengar cerita dari Nuno tentang sopi, dan saya pun merasa HARUS mencobanya. 


Rumah pembuat sopi di desa Tualeu



Sopi merupakan minuman beralkohol yang khas dari NTT, sering digunakan sebagai simbol kebersamaan dan persaudaraan. Sopi juga kerap digunakan dalam acara-acara ritual seperti upacara dan dianggap sebagai minuman yang prestisius. 


Sopi terbuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar yang proses pembuatannya dilakukan secara tradisional. Dimulai dari merebus air nira pohon lontar di dalam tungku. Lalu uap yang menjadi air tersebut dimasukkan ke bambu dan didiamkan selama beberapa hari hingga kadar alkoholnya tinggi. Setelah beberapa hari tersebut, air yang berada di dalam bambu itu kemudian dipindahkan ke botol maupun jeriken untuk dikemas dan dijual. Saya membeli sebotol sopi (dalam kemasan botol Aqua 600 ml) Rp 50.000.


Setelah mencicipi seteguk saja, badan langsung terasa hangat. Seharusnya sopi ini diminum ketika kita masih di Soe yang dingin. Rasanya enak, ada sedikit rasa manis dan wangi buah lontar. Kadar alkoholnya cukup tinggi, karena itu bila minum cukup sedikit-sedikit saja. 


PLBN Napan


Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan terletak di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara. PLBN ini merupakan pos perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste yang bagian enclave. Sebagai informasi, wilayah negara Timor Leste selain berada di pulau Timor bagian timur, juga ada sebagian yang terletak dikelilingi wilayah Indonesia, yaitu distrik Oecusse.


Peta Oecusse, wilayah Timor Leste enclave.



Pembangunan PLBN Napan saat ini sudah hampir selesai, karena itu belum diresmikan. Sebagai bagian dari proyek percepatan pengembangan 11 PLBN terpadu yang diinstruksikan presiden, PLBN Napan terlihat sangat megah. Bangunan-bangunannya terlihat gagah dan jalanan di sekitarnya pun sangat bagus. Penduduk sekitar merasakan perubahan yang signifikan dengan pembangunan PLBN serta sarana penunjang di kawasan perbatasan ini. 


Karena belum diresmikan, kami tidak bisa masuk PLBN Napan. Namun, tak usah bersedih. Geser sedikit dari PLBN Napan, menelusuri jalan Sabuk Merah yang masih gres, kita akan tiba di sebuh tempat untuk melihat view (view point atau photo spot). Naik bukit sedikit, maka kita dapat menyaksikan pemandangan perbukitan, yang ternyata adalah wilayah Oecusse Timor Leste. Dari ketinggian kita dapat melihat, antara wilayah Indonesia dengan Timor Leste dibatasi sebuah sungai yang saat ini kering. 


Antara Indonesia dan Timor Leste dipisahkan oleh sebuah sungai yang tampak kering.


Tempat berfoto di atas bukit dengan view Oecusse, Timor Leste


Selesai foto-foto di dekat PLBN Napan ini, hari sudah sore, dan kami pun kembali ke kota Kefamenanu. Kami menginap di Hotel Victory. Sebelum ke hotel, kami makan malam dulu di Rumah Makan Hidup Baru. 

(Bersambung) 


Baca juga: 


Catper Timor Overland Juni 2023 Day 1: Jakarta – Kupang – Soe


Catper Timor Overland Juni 2023 Day 2: Fatu Ulan, Desa Boti, Soe


Catper Timor Overland Juni 2023 Day 3: Fatumnasi, Padang Satu Gunung Mutis, Hutan Bonsai, Tunua, Fatu Nausus


Tulisan berikutnya: 


Catper Timor Overland Juni 2023 Day 5: PLBN Wini, Oecusse, Bukit Tuamese, Teluk Gurita, Atambua

Comments

Popular Posts