Semalam di Taipei by Seno Gumira Ajidarma


Saya tertarik dengan tulisan Seno Gumira Ajidarma (SGA) di Intisari bulan Juli 2006 bertajuk "Semalam di Taipei."
Saya ingin menanggapi meskipun penulis tidak meminta tanggapan dan juga barangkali tanggapan ini tidak penting.
Sebagai seorang yang pernah tinggal di Taipei dan mempunyai hubungan emosi dengan kota itu, enggak tahan rasanya tidak memberi komentar.

Hanya semalam berada di kota itu, SGA sempat menghasilkan tulisan yang sangat menarik, disertai foto-foto yang bagus, dari hasil pengamatan seorang yang sangat lugu dan hanya mempunyai latar belakang yang sangat minim tentang Taipei maupun Taiwan. Dan justru keluguan itulah yang menyebabkan tulisan itu menarik, setidaknya bagi saya. Dan membawa saya kembali pada tiga tahun lalu, ketika saya pertama kali ke Taipei.

Ceritanya SGA "terdampar" di bandara internasional Taiwan karena kesalahannya membaca undangan dari institusi di Honolulu, Hawai. Jadinya dia harus transit di Taipei dan malam itu menginap di hotel yang disediakan oleh airline karena tidak ada flight yang langsung ke Hawai. Keesokan paginya jam 10 dia kembali lagi ke airport untuk melanjutkan flight ke Hawai.

Yang menarik, dalam waktu sangat singkat itu (dari malam sampai besok jam 10 pagi), banyak hal yang diamati SGA. SGA gitu lho. Dia benar-benar jeli. Banyak pula hal yang membuatnya tertarik. Saya jadi berpikir, kenapa saya dulu tidak mempunyai "keluguan" seperti itu ya? Melihat segala sesuatu dan merasakan keunikan dan kebaruannya, terpesona, dan kemudian menulis.

Dia mengamati mulai dari bandara, toilet, jalan yang dilalui, poster-poster, sampai majalah gratisan. Majalah Taiwan Review yang dikemas dengan menarik menunjukkan kemampuan pemerintah Taiwan untuk mengemas dengan singkat dan padat apa yang ada di Taiwan. Banyak orang yang tidak sempat mengunjungi Taiwan, tetapi hanya sempat transit di bandaranya saja. Karena itu, informasi pariwisata maupun informasi lainnya tentang negara itu sangatlah penting disediakan dalam format yang mudah dan singkat, di bandara.

Sayangnya, meskipun judul tulisan SGA adalah "Semalam di Taipei" dia sebenarnya sama sekali tidak sampai ke kota Taipei. Bandara internasional Taiwan terletak di kota Taoyuan, yang berjarak sekitar satu jam dari ibukota Taipei (seperti Depok dari Jakarta). Dari sana dia dibawa
ke Taoyuan Hotel, di mana dia bisa mengamati kehidupan orang-orang Taiwan di sekitarnya.

Termasuk sebuah tanda di atas jalan yang membuatnya bingung. "Maksudnya apa?" tulisnya pada caption sebuah foto bergambar jalan aspal yang di atasnya ada gambar sepeda motor putih di dalam sebuah kotak. Saya jadi terpancing untuk menjelaskan. Kalau saya tidak salah ingat, kotak bergambar sepeda motor itu adanya di depan lampu merah, kalau tidak salah itu tempat berhentinya sepeda motor kalau lampu merah. Jadi tidak berbarengan dengan mobil-mobil. Itu salah satu tanda yang menunjukkan tingkat ketertiban masyarakat di sana. Mereka dipaksa untuk tertib, ada jalur khusus bus, jalur mobil, dan tempat berhenti yang khusus juga untuk motor.

Comments

Popular Posts