(A Little) Catholic Side of Me

Dari mulutku sering terucap kata-kata "Alhamdullilah" apabila ada project yang close atau ada pembayaran dari klien; kata-kata "Bismillah" ketika mau menjalankan mobil; kata-kata "Masyaallah" ketika kaget, dan beberapa kata berakhiran -allah lain yang telah menjadi bahasa pergaulan.

Tetapi, meskipun Duo sahabatku pernah kaget melihat rosario tergantung di atas dashboard mobilku karena dia mengira aku sudah converted (ke agama lain atau non agama), ternyata aku masih tetap Katolik.



Dan pada saat ziarah beberapa saat yang lalu aku berkumpul bersama teman-teman seiman selama beberapa hari---tinggal bersama dan melakukan aktivitas bersama-sama mereka---aku merasa sangat at home. Inilah agama aku sejak kecil, jalan yang sangat familiar bagiku, jembatan penghubung dengan Tuhan yang sudah sangat tidak asing lagi bagiku.

Pada saat itu aku juga diingatkan kembali akan betapa indahnya jalan ini. Agama Katolik adalah agama yang indah; terutama ketika aku mendengar dia menyanyi. Di gereja atau pada kesempatan lain. Aku percaya bahwa nyanyian itu adalah suara surgawi, napas yang berhembus menyatu dengan angin yang bertiup di sekeliling malaikat penghuni surga. Bersama mereka kami selalu berdoa dalam bentuk nyanyian.

Agama Katolik juga puitis karena sarat dengan simbol. Roti dan anggur, ekaristi, tanda salib, dll. Serta hampir seluruh ajaran Yesus disampaikan melalui perumpamaan. Karena itulah dibutuhkan hati yang dapat menginderai simbol-simbol puitis tersebut, bukan logika. Iman Kristiani memang tidak mudah bagi kita binatang rasio.

Pada kesempatan sharing dari rekan-rekan dalam rombongan ziarah, aku mendengarkan setiap orang mempunyai cerita tentang iman. Peristiwa yang membuat mereka semakin dekat dengan Tuhan dan hal-hal lain yang membawa mereka ke jalan ini. Aku tidak punya.

Aku juga menyadari kalau ada Catholic Quotient (CQ), maka CQ aku sangat rendah. Dari sisi knowledge aku tidak tahu tentang santa ini dan santa itu, bagaimana cerita mereka, dan cerita-cerita dalam Alkitab sudah banyak yang aku lupakan. Aku merasa malu bergaul dengan mereka yang CQ-nya tinggi, namun aku merasa at home karena mereka adalah orang-orang yang sangat-sangat tidak judgemental.

Perasaan at home itu selain karena seiman juga karena aku suka dan bangga dengan orang-orang yang open-minded. Orang-orang yang sudah mengalami banyak hal, berwawasan luas, namun sangat rendah hati, terbuka dan tidak menilai. Pandangan terhadap agama lain juga sangat inklusif, tidak fanatik. This is my home.

Beberapa teman yang aku kenal di sana sudah sangat berpengalaman dalam hal ziarah. Berbagai tempat ziarah favorit di dunia ini sudah mereka kunjungi, seperti Goa Maria di Lourdes dan juga tempat Yesus dilahirkan di Bethlehem, sehingga aku juga banyak mendapatkan wawasan baru. Tentu saja aku akan mengunjungi tempat-tempat itu, insyaallah, beberapa tahun lagi.

Di mana pun di dunia ini, orang Katolik akan membawa identitasnya. Bagaikan sebuah negara, agama juga mempunyai lambang-lambang yang menjadi identitas. Sebagai orang Katolik misalnya, tidak mungkin tidak tahu doa Salam Maria dan doa Bapa Kami. Apalagi cara membuat tanda salib. Doa-doa ini universal namun di setiap negara/daerah ada terjemahannya. Karena itulah aku sudah mengoleksi beberapa kaos dengan tulisan doa Bapa Kami dalam berbagai bahasa: Chinese, Latin, dan Bahasa Jawa.

Namun aku berharap keKatolikanku tidak hanya terbatas pada permukaan, pada identitas-identitas itu saja. Yang paling penting adalah orang-orang di sekitar aku bisa merasakan dan melihat perbuatan-perbuatan nyata, untuk Tuhan dan sesama. Amin.

Comments

  1. Anonymous10:03 PM

    Sebenarnya, keyakinan juga sebuah ilmu pengetahuan, sains, hanya saja, cuma bisa dipahami dengan “logika” hati. Tersembunyi, sehingga pembuktian-pembuktian, tak selalu bisa menemukan tempatnya. Maka orang yang percaya, tak pernah membutuhkan penjelasan apapun, sebagaimana orang yang tak percaya, memang tak akan menerima penjelasan apapun.

    ReplyDelete
  2. Anonymous11:21 AM

    Beriman kepada Tuhan memberikan kekuatan tersendiri pada masing-masing insan. Berkeyakinan khatolik adalah membuka hati, menerima apa adanya, rendah hati, dan tidak fanatik, bukan pada pembuktian diri. Aku setuju dengan itu.....

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Acho dan Anonymous atas komentarnya... Really appreciated.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts